Dark Gale : The Light Arc Incident : Phase 01 Part 5 - AirA Chapter by AviChapter ini adalah lanjutan dari chapter sebelumnya ...Story Song :Phase 1 : https://www.youtube.com/watch?v=RRGSHvlu9Ss - Castle Of Glass (Linkin Park #TheHuntingParty) *Note : Ini adalah lanjutan dari chapter 4 [][][][][][][][][][][][][][[][][][][][][[][[][][][][][][][][][][][][][[][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][] -Phase 01 : Birth of a new age Chapter 5 -Air- "" "" "" "" "" "" "" "" "" "" "" "" "" Orang-orang mulai datang membantu untuk mencari para korban dari ledakan besar itu. Banyak yang tidak selamat , dan banyak orang bersedih atas kehilangannya. Sebuah menara besar yang berbentuk seperti pedang yang menusuk tanah ini tiba-tiba muncul setelah terjadinya ledakan besar itu. Entah dari mana datangnya menara itu, akan tetapi ukurannya sangat besar dan tinggi sehingga menembus awan di atas langit. Menara itu terlihat seperti kristal. Kami memutuskan untuk menjauhi menara itu.Aku berlari menuju apartment untuk mencari tahu apakah bibiku baik-baik saja. Sesaat aku berlari , ada seorang gadis kecil sedang menangis memanggil ibunya. Sepertinya dia kehilangan ibunya dan tersesat, aku pun berhenti berlari dan menghampiri gadis itu. Aku menanyakan kepadanya tentang keadaannya. Dia sepertinya baik-baik saja , hanya mengalami luka gores kecil. Aku menggendong gadis kecil itu kebelakang punggungku dan mencari sebuah kotak medic. Lalu aku menuju ke sebuah toko yang sudah hancur itu. Toko itu tidak terlihat seperti menerima kerusakan yang besar. Aku membalut luka gores yang ada di tangan kanan gadis kecil ini dengan pembalut yang aku temukan di toko."Baiklah , kau akan baik-baik saja", kataku dengan nada lembut mencoba untuk membuat gadis kecil ini merasa lebih baik dan tenang. Dia lalu memelukku dan berkata ,"Aku tidak bisa mencari Ibu".Aku lalu mengelus kepalanya dengan lembut dan berkata ,"tenang saja ... kakak akan mencari ibu mu"."Benarkah?", balasnya.Aku pun membuat janji kelingking dengannya. Dia terlihat senang dan mengucapkan terima kasih kepadaku. Aku menanyakan seperti apa ciri-ciri ibunya. Dia berkata bahwa ciri-ciri ibunya memiliki rambut panjang berwarna hitam, memiliki kulit yang halus , dan sifat yang lembut. Gadis kecil ini sangat mencintai ibunya sehingga dia memberitahuku semua tentang kepribadian ibunya yang sangat baik dan cantik. Mendengar dia berkata itu , membuatku mengingat tentang ibuku. Lalu kami saling mengenalkan diri kami. Gadis kecil ini bernama Kirina Arishuzima.Kami berjalan bergandengan selagi mencari ibunya. Atmosfir saat itu terasa sejuk seperti musim dingin sudah tiba. Menara besar yang berbentuk pedang itu membuat sinar matahari terasa dingin. Aku bertanya kepada Kirina seperti apa warna menara itu."Apakah kakak tidak bisa tahu?", jawabnya. Aku lupa memberitahunya tentang mataku yang buta warna. Sesaat aku memberitahu kondisiku , dia terlihat terkejut."Buta warna? keren !", katanya dengan sangat antusias.Sebuah respon yang dapat diterima dari seorang gadis kecil yang berumur enam tahun. "Apa yang membuatmu berkata seperti itu? Buta warna kan tidak dapat membuatmu melihat warna", balasku."Hmmm....", dia melanjutkan perkataannya dengan rasa yang ceria ,"jika kamu tidak bisa melihat warna... berarti kamu masih bisa terus menggunakan imajinasimu untuk memikirkan sebuah dunia yang lebih indah dengan penuh warna lainnya. Karena berimajinasi secara terus menerus itu terasa seperti sedang berada di dunia yang kamu buat di dalam mimpimu,dan Kirina sangat suka bermimpi !".Mungkin aku paham apa yang dimaksud dengan dia. Apa yang dia maksud dengan terus berimajinasi dan bermimpi adalah untuk terus melihat sebuah dunia yang baru. Karena bagi orang yang dapat melihat warna di dunia ini, sudah tahu warna dunia ini dan faktor-faktornya. Bagi orang yang buta warna sepertiku masih bisa untuk terus berimajinasi seperti apa warna dunia ini dengan cara membuat sebuah dunia yang baru di dalam kepalaku. Dan aku harus katakan , berimajinasi memang terasa seperti sedang berada di dalam mimpi. Dan aku membuat dunia itu dan menghidupkannya dengan cara bermain musik. Dengan musik , aku dapat masuk kedalam cerita musik itu tergantung dari kategori musik itu. Aku harus berkata betapa menakjubkannya gadis kecil ini. Dilihat dari situasinya , dia masih bisa terlihat ceria dan tenang. Gadis kecil ini baru saja membuatku terinspirasi. Dan hal itu membuatku ingin lebih bermain musik. "Apakah kakak tahu seperti apa warna hijau itu?", tanyanya kepadaku."Kalau tidak salah , itu adalah warna tumbuhan-tumbuhan disekeliling kita", jawabku."Kalau begitu, apakah kakak punya ide apa arti dari warna itu?"."Umm.... warna hijau melambangkan tentang kehidupan dan harmoni"."Sekarang cobalah untuk berimajinasi. Buatlah sebuah dunia yang penuh dengan warna hijau".Kami berhenti berjalan , lalu aku memejamkan mataku untuk mulai berimajinasi. "Warna" ... "Hijau" ... "Kehidupan" ... "Harmoni". Pikiranku berpaling ke sebuah musik klassik karya Johann Sebastian , "Air" dengan kontribusi artist Orchester-Suite Nr. 3 . Sebuah dunia dimana yang penuh dengan tumbuhan-tumbuhan , angin-angin sejuk yang berhembusan, rumput-rumput yang sejuk dan nyaman, langit yang bersih ,dan sinar matahari yang menyegarkan. Ya ... aku mulai merasakannya dan melihat sebuah warna yang mencerminkan kehidupan. Warna hijau ... aku bisa melihat warna itu dengan sedikit kualitas. Aku membuka mataku perlahan, melihat ke atas langit. Menarik nafas yang panjang lalu menghembusnya. Aku mulai merasa nyaman. Mungkin ini salah satu perasaan yang kau dapati ketika kau bermeditasi. Walaupun aku belum pernah bermeditasi sebelumnya, akan tetapi perasaan ini sungguh menyegarkan."Jadi ... menara itu berwarna kehijauan kah?", tanyaku."Yup", jawabnya dengan senyuman.Kami kembali berjalan ,dan kembali bergandengan. Aku melihat waktu di jam tanganku , sepertinya hari akan mulai gelap. Waktu menunjukkan pukul lima sore. Aku mulai khawatir kepada bibiku , berharap bahwa dia tidak apa-apa."Bagaimana jika kita pergi menuju tujuan kakak dulu?", tanyanya dengan tiba-tiba."Hm? tidak apa-apa kok ...", balasku."Tidak tidak ... sudah diputuskan kita akan pergi menuju apa yang kakak tujui !"."Sejak kapan hal itu disetujukan?"Karena dia memaksaku untuk pergi menuju apartment ku. Aku tidak mempunyai pilihan lain. Kami pun pergi berjalan menuju apartment ku. Sesaat kami sampai di apartment. Bangunan itu terlihat sangat hancur. Lantai atasnya roboh , dan beberapa atap bangunnya hilang. Apartment itu memiliki lima lantai, kamar aku dan ibuku berada di lantai paling atas dan paling pojok. Melihat kerusakan itu membuatku merasa sangat khawatir. Aku pun menyuruh Kirina untuk diam diluar dan bergegas lari ke kamarku melalui tangga darurat.Karena lantai paling atas mengalami tingkat kehancuran yang besar , aku berhati-hati ketika berjalan dan menuju kamarku. Sesaat aku mau membuka pintu kamarku, sepertinya pintu itu tersangkut sesuatu , aku lalu mendobrak pintu itu sebanyak tiga kali dan akhirnya dapat masuk kedalam kamarku. Aku memanggil bibiku berkali-kali. "Bibi! Bibi! Dimana kau!?".Aku terus memanggilnya akan tetapi tidak ada respon sama sekali. Apakah dia belum pulang dan masih bekerja? Jika begitu , berarti dia sedang di tempat kerjanya atau ditempat lain. Aku lalu kembali ke Kirina berada."Bagaimana?", tanyanya dengan khawatir."Sepertinya dia sedang berada di tempat lain", jawabku.Lalu ada orang datang dan melihat kita, sepertinya dia salah satu dari tim penyelamat. Dia menyuruh kita untuk segera pergi ke camp dimana orang-orang yang lain berada. Kami menuruti perintahnya dan pergi ke camp itu. Mungkin kita bisa menemukan ibu Kirina dan juga bibiku disana. --------- Waktu sudah pukul tujuh malam , lampu-lampu cadangan menerangi camp itu. Banyak dokter sedang memeriksa para korban yang terluka berat. Kami beristirahat di salah satu tenda besar. Kirina tertidur di pangkuanku. Lalu aku mendengar ada seorang ibu yang sedang mencari anaknya. Apakah itu ibunya Kirina? Aku memanggil ibu itu."Apakah kau ibunya Kirina?", tanyaku.Dia lalu terlihat seperti orang yang baru saja terlepas dari beban beratnya. Air mata mengalir ke pipihnya. Dia lalu langsung menghampiri kami dan memeluk Kirina dengan penuh rasa sayang. Kirina terbangun dan menyadari pelukan ibunya. Mereka berdua saling menangis bahagia terlepas dari kekhawatiran. Aku pun juga ikutan menangis melihat reuni mereka. Lalu ibunya berterima kasih kepadaku dengan menundukkan kepalanya kepadaku dan juga Kirina. Mereka sangat berterima kasih kepadaku. Aku mengusap air mataku dan tersenyum.Lalu aku mengucapkan selamat tinggal kepada Kirina, dan mengucapkan selamat atas reuninya. Kirina berlari dan memelukku , sekali lagi berterima kasih kepadaku. "Semoga kakak menemukan bibi kakak dengan keadaan selamat", katanya.Aku memeluknya kembali, berterima kasih dan meninggalkan mereka. Melambaikan tanganku kepada mereka dan pergi. --------- Aku pergi menuju area hospital atau penyembuhan korban dimana ada sebuah tenda yang besar yang berisi korban-korban yang sakit dan terluka berat. Aku bertanya kepada salah satu dokter disitu apakah dia tahu dimana bibi ku berada. Dia berkata bahwa dia tidak tahu dimana bibi ku berada , dan kembali ke kesibukannya. Lalu salah satu pengurus menghampiriku dan bertanya ,"apakah kau mencari orang yang bernama Reika Kishimoto?".Aku menjawabnya ,"Ya"."Kalau begitu ikutlah denganku", balasnya. Selagi kita berjalan menuju tempat dimana bibi ku berada. Pria itu berkata bahwa dia adalah teman kerja bibi ku dan sudah menjadi partner selama lima tahun. Aku juga memperkenalkan diriku dan berkata bahwa aku adalah keponakannya. Aku melihat gambaran wajahnya yang menggambarkan kesedihan. Kami sampai disebuah tenda sama besarnya dengan tenda sebelumnya. Kami memasuki tenda itu , dan melihat banyak orang yang ditutupi dengan kain putih seperti layaknya mayat-mayat orang mati. Saat itu aku tahu ..."ti..tidak" Sesaat dia membuka salah satu kain itu ..."Maaf , akan tetapi Reika ... tidak selamat". Aku lalu terjatuh berlutut di depan mayat bibi ku. Rasa sakit yang terasa di hatiku ini , seperti baru saja tertusuk sebuah pisau yang tajam. Aku bahkan sempat sulit bernapas. Pria itu mencoba untuk menenangkan diriku. Aku berhenti dan kembali ke diriku yang normal. Meskipun sulit untuk menerima situasi ini. Aku mencoba untuk tetap kuat. Aku lalu berterima kasih dan mengucapkan selamat tinggal kepada pria itu dan pergi dari tenda itu.Sesaat aku keluar , Kirina dan Ibunya melihatku yang sedang dalam kondisi yang kacau. Mereka tahu bahwa bibi ku tidak selamat sesaat aku memberi mereka tatapan wajah yang menggambarkan kehilangan. Aku pun menangis dengan rasa sedih yang sangat besar. Ibu Kirina lalu menghampiriku dan meminjamkan bahunya untuk saya menangis. Aku telah kehilangan semua keluargaku. Aku sekarang , sendiri di dunia ini. ------ Keesokan paginya , aku terbangun di sebuah tenda dan mencuci wajahku dengan air bersih yang tersedia disitu. Pukul lima pagi , matahari masih belum terlihat , aku melihat Kirina dan Ibunya masih tertidur dengan pulas. Lalu aku keluar dari tenda itu , berjalan mencari sebuah tempat untukku menyendiri. Di sebuah bukit , aku duduk dengan meringkul. Angin pagi yang sejuk menghembuskan tubuhku. Seandainya aku membawa sebuah jaket agar dapat menghangatkan diriku. Datanglah Kirina membawakanku selimut. "Nanti kau akan masuk angin", katanya dengan senyuman manisnya.Kita berdua duduk di bukit itu , berada di satu selimut dan saling menghangatkan tubuh kita. Melihat terbitnya sinar matahari di pagi hari yang sejuk itu dan menara itu."Kau tidak sendiri", katanya menyenderkan kepalanya ke pundak kananku.Mendengar perkataannya itu membuatku merasa bahagia."Akan tetapi aku tidak mempunyai siapa-siapa lagi", balasku."Apa yang kakak bilang? Kau memiliki aku dan Ibu", jawabnya dengan senyuman manisnya. "Maksudmu ..." "Ya , tadi malam ibu berkata bahwa dia akan mengadopsikanmu dan membuatmu menjadi bagian dari keluarga".Air mata mengalir dari mataku. Betapa bahagianya aku mendengar perkataan itu. "Terima kasih , Kirina" ,kataku sambil mengusap air mataku.Lalu Ibunya datang dan sepertinya dia membawakan sebuah seruling. "Kirina berkata bahwa kau suka bermain musik... seruling ini milikku , ambillah", katanya selagi dia memberikan serulingnya kepadaku. "Tapi ... ini adalah" "Sudah tidak apa-apa , saya sudah terlalu tua sehingga sudah tidak bagus lagi memainkan seruling itu"Sekali lagi , air mata mengalir lagi. Aku tidak bisa menjelaskan perasaan ini. Seakan-akan aku baru saja terlahirkan kembali. "Aku ingin mendengar kakak bermain!", kata Kirina dengan sangat antusias. Di bawah sejuknya langit , dan pagi hari yang indah ini. Aku memainkan sebuah lagu yang dapat menenangkan situasi ini. Kehancuran yang ada disekitar kita , akan aku perbaiki dengan melodiku. Meskipun aku telah kehilangan segalanya , akan tetapi aku tidak akan menyerah. Aku akan tetap hidup. Aku akan menjadi lebih kuat dan melindungi semua orang yang berharga bagiku. Saat itulah aku memutuskan untuk berlatih menembak. Aku meminta sebuah izin untuk bergabung menjadi salah satu prajurit yang melindungi negara ini dan masyarakat ini. Aku berlatih untuk menjadi sniper dan akhirnya bergabung menjadi salah satu prajurit. Semua pengalaman-pengalaman gelap yang telah aku alami menjadi sebuah motivasi untuk mendorong keinginanku untuk menjadi lebih kuat. Aku ingin melindungi Kirina dan Ibunya dan juga semua orang disini. Aku berjanji akan menjadi lebih kuat dan dapat melindungi orang-orang. Dan berharap bahwa aku akan bertemu dengannya sekali lagi , menunjukkan diriku yang kuat. Membenarkan dunia ini yang salah menjadi lebih benar. -Phase 01 : Part 5 -END © 2014 Avi |
Stats
248 Views
1 Review Added on December 6, 2014 Last Updated on December 6, 2014 AuthorAviKissimmee, FLAboutHobbies : Writing , Reading Manga / Novels , Listening to music , playing games , watching anime , sleeping , conserving energy. Like : Lemon Water / Lemon Tea , Meat , Klassik songs / Instrumental.. more..Writing
|