Dark Gale : The Light Arc Incident : Phase 01 Part 3 - Feelings

Dark Gale : The Light Arc Incident : Phase 01 Part 3 - Feelings

A Chapter by Avi
"

Chapter ini menceritakan seorang pria dari Brazil yang bernama Drey Serena.

"

Story Song :
Phase 1 : https://www.youtube.com/watch?v=RRGSHvlu9Ss - Castle Of Glass (Linkin Park #TheHuntingParty)


[][][][][][][][][][][][][][[][][][][][][[][[][][][][][][][][][][][][][[][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][]


-Phase 01 : Birth of a new age


              Chapter 3


              -Feelings-


""  ""  ""  ""  ""  ""  ""  ""  ""  ""  ""  ""  ""


Saat itu semuanya terasa lamban.


Saya tahu semua ini akan terjadi. Karena saya selalu siap untuk menghadapi hal ini.

Setiap saat , saya selalu mempredeksikan realitas. Tentang hal buruk yang akan datang.

Saya tahu ... saat-saat bahagia akan selalu ada saat-saat yang buruk. Saya tidak seperti orang lain , yang berpikir bahwa dia telah menemukan kebahagiaan akan selalu merasa bahagia selamanya dan ketika hal buruk mendatanginya , dia akan merasakan perasaan yang sangat menyakiti dirinya sehingga dia melupakan tentang dirinya dan menyerah dalam hidup.

Saya selalu siap dalam hal ini...

Selalu siap dalam menghadapi perasaan buruk , sakit , ataupun pedih.


---

---

---


Year 2025

Day 001


Nama saya Drey Serena asal Brazil . 15 Tahun. Sehari setelah kelulusan sekolah menengah saya. Saat itu sebuah Carnival sedang berlangsung. Suasana di kota terlihat sangat hidup dan bahagia. Carnival ini adalah festival tahunan yang diselenggarakan selama hari Jumat untuk hari Selasa sebelum Rabu Abu , yang menandai awal Prapaskah , periode empat puluh hari sebelum Paskah.

Saya mengamati meriahnya festival itu dari kamar saya yang berada di lantai atas rumah saya.

"Sungguh meriah", gumam saya. Situasi seperti itu bukanlah gaya hidup saya.

Saya lebih baik pergi ke perpustakaan dengan keadaan yang damai dan tidak berisik daripada mengikuti festival yang sangat hidup seperti itu. Karena hal itu bukanlah gaya saya.

Pada malam itu , saya menatapi ke langit melihat bulan purnama yang berwarna putih seperti salju. Saya mulai merasa sedikit dramatis , apa yang ingin saya pikirkan saat itu?

Saya pun berbaring di kasur saya melihat jam di handphone saya menunjukkan sudah pukul sepuluh malam. Saya selalu mengagumi energi-energi orang lain yang sangat kuat sampai-sampai masih bisa beraktifitas sampai malam ini. Walaupun saya gemar berolahraga , tetap saja saya mengagumi mereka. Bahkan saya dengan stamina yang cukup besar pun tidak sanggup untuk tetap beraktifitas di malam hari.

Lalu , tiba-tiba mati lampu. Semua di kota ini menjadi gelap. Saya menggunakan cahaya di handphone saya sebagai sumber cahaya saya untuk melihat di keadaan gelap gulita itu. Saya turun kebawah dan bertanya kepada ibu saya ,"Ibu ... apa yang terjadi?".

Ibu saya menjawab dengan jawaban yang sarcastic. Tentu saja saya tahu bahwa saat ini sedang mati lampu , akan tetapi yang saya maksud adalah mengapa tidak ada pemberitahuan jika ada maintenance atau perbaikan listrik. Biasanya mereka akan memberikan kita surat peringatan jika ada pematian listrik.

Akan tetapi , ketika saya melihat wajah ibu saya ... dia terlihat seperti tersenyum sedikit. Ibu saya pergi menuju luar rumah. Senyuman itu ... bukanlah sebuah reaksi yang tepat untuk situasi seperti ini, apakah mungkin ibu saya menyenbunyikan sesuatu ?

"Ibu mau pergi kemana?", tanya saya kepada ibu selagi dia mau membuka pintu.
"Jika kau mau tahu , silahkan ikut denganku", jawabnya dengan senyuman.

Penuh dengan rasa penasaran , saya pun mengikutinya. Di malam hari itu , suasana yang tadinya sangat meriah dan berisik tiba-tiba menghilang menjadi sangat sunyi dan sepi. Saya masih bisa mendengar sisa-sisa suara festival itu.

Sesaat saya diluar , tidak ada satupun orang di kota ini menyalakan lilin untuk membuat sebuah cahaya di rumahnya atau gedung. Saya berpikir-pikir lagi , apa yang sebenarnya terjadi ? Apakah ini salah satu dari bagian acara Carnival ? Seingat saya tidak ada bagian seperti ini.

"Drey , lihatlah", ibu saya memegang pundak saya lalu mengangkat tangannya ke atas dengan jari telunjuknya yang menunjukkan bahwa dia ingin memperlihatkan saya sesuatu. Saya pun mengikuti perintahnya dan melihat ke atas. Saat itu ... sungguh fenomenal.

Jutaan bintang-bintang berkelap-kelip , ditambah dengan cantiknya bulan purnama yang putih salju itu. Saya belum pernah melihat ini sebelumnya. Seluruh panggung yang ada di kota ini ditinggalkan. Semua orang mengalihkan pandangannya ke atas langit mengamati hujan bintang itu. Langit yang tadinya gelap dan hanya ditemani oleh bulan purnama itu sekarang berubah menjadi sebuah gambaran besar bintang-bintang emas . Jika dilihat secara terus menerus , bintang-bintang itu terasa seperti jatuh ke daratan kita. Saya merasa seperti sedang berada di luar angkasa dimana saya bisa berjalan biasa seperti ada lantai meskipun semuanya hanyalah ruang-ruang kosong. Saya merasa seperti sedang berdiri di tepi bukit dengan berlian-berlian yang mengeluarkan cahaya emas mengelilingi saya. Saya lalu melihat ibu saya. Air mata mengalir menyusuri pipih nya. Pantulan cahaya bintang-bintang itu terlihat di matanya. Saya menggenggam tangan kirinya dengan tangan kanan saya dan melanjutkan skenario saya.

"Semoga kau dapat mencapai cita-citamu dan meraih mimpimu", kata Ibu saya selagi dia masih terus menatapi langit.

Saat dia berkata itu , saya mulai merasakan sebuah perasaan yang aneh. Entah apakah perasaan itu , akan tetapi ... mendengar ibu saya berkata itu yang seharusnya membuat saya merasa bahagia , mendengar itu justru membuat saya merasa sedih. Saya berusaha untuk tidak menangis dan konsentrasi untuk terus mengamati langit pada malam hari itu.

---

Day 005


Saya berkemas untuk meninggalkan negara saya. Saya dipilih sebagai pemain nasional mendampingi negara saya. Saya memasuki tim Track and Field atau dengan arti lain Running Sports. Saya juara dua dalam olympiade tahun lalu melarikan Grande Road. Lalu saya dipilih oleh manager saya untuk masuk ke tim nasional dan pindah ke negara amerika untuk persekolahan saya yang dibiayai oleh manager saya. Tentu saja saya menerima tawaran itu. Ini adalah kesempatan saya untuk meraih impian saya.

Sesampai di airport , teman-teman saya menunggu saya di lobby. Sudah saatnya saya mulai untuk meninggalkan rumah saya. Saya pun mengucapkan selamat tinggal kepada ibu saya dan memeluknya. Tentu saja dia menangis ... dia memeluk saya dengan erat seakan-akan tidak ingin melepaskan saya. Saya mulai merasa sedih , akan tetapi saya menahan perasaan itu. Seandainya ayah saya masih hidup , saya mungkin akan meneteskan air mata meskipun saya berusaha untuk menahannya.

Setelah beberapa lama , akhirnya kita berpisah. Ibu saya melambaikan tangannya sambil menangis. Menuju ruang pengecekkan , salah satu teman saya berkata kepada saya ,"setidaknya tunjukkan perasaanmu ...jika kau menahannya kau akan menyesalinya".

Lalu saya menjawab ,"saya tahu , akan tetapi jika saya belum meraih apa-apa ... saya tidak berhak untuk menunjukkan sebuah perasaan apapun".

"Sebuah perasaan bukanlah sesuatu yang harus dilakukan dengan kondisi , kita memiliki perasaan untuk menunjukkan bahwa kita hidup sebagai manusia", balasnya.

Perkataannya itu membuat saya berpikir kembali , mungkin saya terlalu memaksakan diri saya. Dia benar ... seharusnya saya lebih sering menunjukkan perasaan saya.

Memasuki pesawat , saya mencari nomer tempat duduk saya. Nomer tempat duduk saya No.34 F berada di bagian tengah pesawat. Lalu saya akhirnya menemukan tempat duduk saya , berada di dekat jendela pesawat. Saya pun duduk , orang yang berada sebangku dengan saya belum datang. Saya kira saya akan duduk bersama anggota tim saya , akan tetapi tidak. Seorang perempuan datang dan menyapa saya. Saya menyapa balik , lalu mengalihkan pandangan saya keluar jendela.

Pesawat pun mulai berjalan dan lepas landas . Saat pesawat terbang di atas langit cukup tinggi , saya bisa melihat pemandangan di bawah. Suasana di kota yang sibuk , seperti semut-semut yang sedang bekerja kesana dan kesini.

Ada satu hal yang membuat saya sadar , perempuan disamping saya sepertinya ingin tukar tempat duduk dengan saya. Dia sepertinya juga ingin melihat pemandangan itu. Saya pun bertanya kepada dia ,"apakah kau ingin tukar tempat duduk?".

Perempuan itu pandai berbohong , sangat pandai sampai-sampai saya tahu bahwa dia berbohong bahwa dia tidak ingin tukar tempat duduk. Reaksinya ketika saya tahu bahwa dia juga ingin melihat pemandangan itu sedikit ... lucu.

Lalu akhirnya dia jujur dan mengatakan bahwa dia juga ingin melihat pemandangan itu. Kami pun bertukar tempat duduk ketika sebuah intruksi mengatakan kita boleh meninggalkan tempat duduk.

Saya melihat dia terlihat senang , selagi dia melihat keluar jendela untuk melihat pemandangan itu... saya pun mulai mengamati ciri-cirinya. Dia berambut panjang berwarna hitam , sedikit berantakan ... sepertinya dia tidak merapihkan rambutnya sesaat bangun tidur , mungkin dia bangun telat sampai-sampai tidak sempat untuk merapihkan dirinya. Saya bisa tahu bahwa dia sedikit ... kikuk. Tapi saya harus bilang , dia sungguh cantik.

---

---


Day 061

Red Vard Highschool , Washington D.C , America



Saya mulai dapat beradaptasi dengan lingkungan disini , saya bertemu dengan teman-teman baru, bermain ,dan bersenang-senang. Walaupun saya merasa seperti itu akan tetapi saya selalu berkata kepada diri saya sendiri bahwa saya tidak bisa terlalu bersenang-senang dulu , sesuatu yang buruk selalu terjadi kepada semua orang , dan untuk menghindari rasa sakit yang ditimbulkan dari sesuatu yang buruk itu saya harus selalu siaga dan mempredeksikan yang terburuk.

"Jadi apakah ada orang yang kau suka?", tanya salah satu temanku.
"Tidak ada ...", jawab saya dengan desahan kecil.

Saya tidak ingin memikirkan itu dulu ... saya hanya ingin fokus terhadap training saya , pembelajaran saya , dan kemampuan berlari saya. Saya tidak peduli jika dikatakan bahwa saya adalah orang yang membosankan. Selama saya bisa meraih cita-cita saya dan menuju jalan yang tepat , itu semua sudah cukup.

----

----


Day 229

Year 2026


Saya telah menjadi Junior , saya sedikit bangga kepada diri saya . Karir saya terlihat lancar , saya masih bisa berlari kencang. Medali Emas dan Perak saya raih. Saya menjadi pelari terbaik di sekolah saya dan ranking dua di sekolah saya dalam bidang pembelajaran. Ranking satu diraih oleh seorang murid perempuan bernama Melody Charles yang tertera di papan nilai itu. Saya tidak tahu ciri-cirinya ... akan tetapi saya berharap saya dapat bertemu dengannya dan melakukan sebuah kontes dengannnya.

Saya mengirimkan surat kepada ibu saya tiap bulan melalui handphone ataupun email. Saya memberikan semua yang terjadi secara detail kepadanya. Dan ibu saya selalu membalas surat saya dengan cepat dan antusias dilihat dari teks nya. Ya ... semua ini cukup dengan saya. Saya bisa merasakan bahwa saya sudah mendekati takdir saya menuju impian saya.

Hari demi hari , saya fokus ... konsentrasi ... berkomunikasi ... bermain ... bersosialisasi dan ... berpikir.


---

---


Day 307


Mungkin ini hanyalah kebetulan ... akan tetapi , perempuan yang dipesawat itu ternyata satu sekolah dengan saya. Dan dia adalah Melody Charles , murid yang masih bertahan dalam ranking satu di sekolah ini. Dan dia sekarang sedang berada di hadapan saya , melihat saya mengenakan gaun one peace . Di sebuah tempat dimana hanya saya yang tahu tempat itu. Sebuah tempat ketika saya ingin membaca buku atau menyendiri dengan damai di bawah pohon yang sejuk itu. Dimana rumput-rumput terasa sejuk dan nyaman sehingga membuat saya tertidur ketika berbaring. Dia muncul di hadapan saya , hembusan angin yang sejuk membuat rambutnya berlambai-lambai. Dia memegang sebuah buku yang sepertinya buku novel.

"Apakah ... saya boleh bergabung denganmu?", kata dia. "Oh maaf , saya lupa memperkenalkan diri saya".
"Tidak apa-apa , saya sudah tahu namamu ... murid yang selalu bertahan di ranking satu , Melody Charles. Tidak saya sangka bahwa kau adalah orang yang saya temui di pesawat pada waktu itu", saya membalasnya.

Dia memiringkan kepalanya seperti seekor kucing seakan-akan dia tidak tahu apa yang katakan. Sepertinya dia lupa tentang diri saya. Akan tetapi hal itu tidak menganggu saya. Lalu tiba-tiba dia berkata ,"Oh ya ... kau adalah orang yang saya temui di kereta itu".

Saat itulah saya mulai merasa kesal , hebatnya dia bisa melupakan seseorang dengan kepalanya yang pintar itu. Akan tetapi , saya tidak bisa menyalahkan dirinya karena saat itu pun saya tidak terlalu memperkenalkan diri saya--- bahkan saya tidak berbicara dengannya sekalipun saat itu.

"Jika kau tidak berisik , maka saya akan mengijinkanmu", kata saya mengajak dia untuk bergabung.
"Terima kasih", balasnya dengan senyumannya yang manis itu.

Saya berharap dia tidak memberikan senyuman itu lagi karena hal itu dapat membuat saya dalam bahaya oleh hal-hal yang membuat saya tidak fokus dalam meraih impian saya.

Lalu dia duduk dibawah pohon besar yang sejuk itu dengan postur duduknya yang seperti wanita yang sejati. Saya bangun dari baringan saya dan berjalan menuju dia dan bergabung duduk.

"Kau suka membaca novel?", saya mencoba untuk membuka sebuah percakapan.
"Ya! Saya sangat menyukai novel , saya bahkan telah membaca lebih dari enam puluh buku novel !", balasnya dengan sangat antusias. "Oh maaf , saya terlalu berlebihan", lanjutnya dengan sedikit rasa malu.
Saya pun tertawa karena mengingatkan saya tentangnya ketika saya menanyakan dia tentang saling bertukar tempat duduk.
"Kau sangat lucu",kata saya dengan tawa.
"Be...berhentilah tertawa",balasnya dengan wajahnya yang terlihat cemberut akan tetapi dia akhirnya tertawa juga.

Apa yang membuat saya untuk melakukan sebuah percakapan dengannya secara otomatis? Saat itu saya masih bingung, itu pertama kalinya saya melakukan sebuah aksi dengan sendirinya.

Lalu kita berdua pun kembali ke kesunyian . Dan lanjut melakukan urusan kami masing-masing , dia membaca novelnya dan saya membaca buku saya. Kami berdua kembali ke dunia kami masing-masing di bawah pohon yang sejuk itu.


---

---


Day 368


Kami menjadi lebih sering bertemu sampai akhirnya kita berteman dan belajar bersama. Kita selalu mengobrol dan merasakan damai di tempat rahasia kita yaitu tempat dimana pertama kali--- tidak , kedua kalinya kita bertemu. Kita membuat sebuah janji bahwa tidak memberitahu siapa-siapa tentang tempat rahasia ini. Hari demi hari , kita semakin dekat.

Entah apakah ini saya atau dunia ini menjadi lebih sedikit berwarna dari sebelumnya. Sebuah perasaan aneh pun muncul di hati saya.



---

---

---

Day 532

Year 2027


Saya dan Melody bersama-sama telah menjadi Senior , setahun lagi kita akan lulus sekolah tinggi. Hari libur di adakan selamat empat bulan. Saya berencana untuk mampir ke negara asal saya untuk menjenguk ibu saya. Sepertinya dia sibuk kerja karena sudah jarang membalas surat-surat saya lagi. Saya dan Melody telah menjadi sahabat , mungkin kata "sahabat" sudah cocok karena kita sudah berteman selama setahun. Kita sudah mengetahui identitas kita masing-masing. Ikatan antara kita berdua semakin dekat. Dan dia akhirnya menyatakan perasaanya kepada saya. Tentu saja saya terkejut, ini adalah pertama kalinya ada seseorang yang menyatakan perasaannya ke saya.

Saya menerima perasaannya. Dan kami berdua akhirnya menjadi sebuah pasangan. Dia memutuskan untuk menghabiskan waktu liburnya bersama saya untuk ikut pergi menjenguk ibu saya.

Kami pun pergi liburan ke brazil , negara asal saya.


-----

-----

Day 533


Kami sampai di brazil , dan mulai berjalan pergi ke kota saya . Semuanya terlihat sama , tidak ada yang berubah kecuali sebuah bangunan yang terus bertambah. Saya menceritakan semuanya yang ada disini kepada Melody selagi kita berada di tengah-tengah perjalanan menuju kota melalui taksi.

Sebelum menuju rumah saya , kita pergi ke lokasi-lokasi lain yang terkenal seperti The Statue of Brazil dan lain-lain. Kami berfoto bersama , dan bersenang-senang. Lalu mulai pergi menuju rumah saya.

Sesampai berada didepan rumah saya , Melody merasa sedikit gugup. Mungkin karena dia akan bertemu dengan ibu saya. Saya pun menenangkan dirinya , dan berencana untuk merencakan sebuah surprise kepada ibu saya.

Saya mengetuk pintunya berkali-kali , akan tetapi tidak ada yang jawab. Datanglah salah satu orang yang tinggal di sekitar rumah saya. Wajahnya terlihat melancholy.

Dia terlihat seperti seorang ibu juga. Berjalan menghampiri saya , dan berkata ,"Apakah kamu anaknya?".
"Ya", jawab saya.

Dia menghadap ke arah lain untuk sementara lalu melihat ke arah saya lagi dan berkata ,"Ikutlah dengan saya".

Saya penasaran apa yang dimaksudnya. Saya pun memutuskan untuk mengikutinya. Saya melihat Melody tiba-tiba berdiam , wajahnya menggambarkan bahwa dia sepertinya baru saja menyadarkan sesuatu.

"Ada apa?", tanya saya kepadanya.
"Tidak apa-apa", jawabnya dengan sedikit gagap.

Lalu kami mengikuti ibu itu , dan dia membawa kita ke tempat kuburan. Tempat kuburan itu berada di bukit-bukit yang cukup tinggi. Angin menghembuskan kita dengan sedikit kencang. Ada salah satu kuburan di tepi bukit dengan depannya yang menunjukkan sebuah pemandangan kota-kota brazil ini. Cukup tinggi sehingga kita dapat melihat hampir seluruh kota.

"Apa ini?", tanya saya kepada ibu itu.
"Ibumu , telah tiada setahun yang lalu karena sebuah virus langka yang saat ini bermunculan", balasnya dan menambahkan ,"Saya turut berduka cita , ibumu memberitahu kita untuk tidak menghubungimu selagi dia terkena virus langka itu. Dengan sebuah alasan agar tidak ingin menganggu konsentrasi dan fokusmu terhadap cita-citamu".

Apakah ini sebuah lelucon ? Dia tidak ingin menganggu saya ? sebuah alasan apa itu? Justru semua itu membuat saya lebih merasa ... kesal.

Saya berjalan menuju kuburannya itu. Dan berlutut memegangi nama yang tertera di batu itu. Lalu ibu itu memberikan saya sebuah surat, sepertinya surat tersebut berasal dari ibu saya. Saya pun membuka surat itu dan membacanya , di surat itu tertulis "Drey , ibu minta maaf karena telah menyembunyikan hal ini darimu , akan tetapi ibu hanya tidak ingin menganggumu. Meraih impianmu itu adalah hal yang sangat kau inginkan. Pada saat lalu , setiap kau mengirimi ibu surat , ibu selalu merasa diberkahi. Ibu menangis karena bahagia dan bangga kepadamu. Kau tahu Ayah dan Ibu selalu mencintaimu. Ibu tahu kau mungkin akan merasa sedih atau kehilangan motivasi karena mengetahui semua ini. Akan tetapi , tetaplah meraih tujuanmu dan jangan pernah putus asa. Ibu sayang kepadamu dan juga Ayah."

Lalu saya diberikan sebuah kunci untuk rumah saya. Melody berusaha untuk menenangkan saya dengan memeluk punggung saya. Saya pun menggunakan kunci itu dan pergi menuju rumah saya. Semuanya terlihat sama, tidak ada yang berubah. Saya menuju kamar saya yang lama. Semuanya terlihat sama . Lalu saya berjalan menuju kamar ibu saya , dan saya melihat foto keluarga masih berdiri di meja itu. Saya duduk di kasur itu dan menutup wajah saya dengan kedua tangan saya. Melody datang dan duduk disamping saya mencoba untuk menenangkan saya.

"Mungkin saya bukan manusia", kata saya.
"Apa maksudmu?", balas Melody .
"Mengapa setelah semua ini  , bahkan setelah dia tiada ... saya masih tidak dapat mengeluarkan sedikitpun air mata?".

Lalu Melody menatap saya dan memeluk saya dan berkata ,"kau mungkin bukanlah orang yang bertipe untuk bernangis di luar tubuh , akan tetapi kau adalah orang yang bertipe untuk menangis di dalam hati. Saya tahu itu dan saya bisa merasakan kesedihanmu". Dia berkata itu dengan air mata yang mengalir dari matanya.

Saya adalah orang yang terburuk . Saya tidak bisa menunjukkan perasaan apapun. Saya adalah ... orang yang tidak memiliki perasaan.


----

----


Day 644


Di pagi hari di musim semi dengan angin-angin yang sejuk dan segar , saya membuat sarapan saya sendiri. Menyalakan tv dimana mengatakan sebuah berita tentang sebuah virus baru yang mematikan telah berpencar kemana-mana. Mungkin ibu saya salah satu korban yang terkena virus mematikan itu.

Handphone saya berbunyi menandakan saya telah mendapat sebuah pesan baru. Pesan tersebut dari Melody , mengatakan bahwa ... dia sedang berada dirumah sakit.

Saya pun bergegas menuju hospital yang dia tempati dan mengunjunginya.

Sesaat saya memasuki kamarnya itu , dia sedang duduk dikasurnya membaca novelnya dengan jendela kamarnya yang terbuka membiarkan angin-angin sejuk menghembusnya.

"Hai",sapanya dengan senyuman indahnya itu.
"Apakah kau tidak apa-apa?", tanya saya kepadanya dengan penuh khawatir.
"Tidak apa-apa , saat ini dokter sedang mencari tahu apa penyakit saya".

Saya sangat khawatir , menundukkan kepala saya ke sisinya. Melody mengeluskan kepala saya dan berkata ,"tidak apa-apa semuanya akan baik-baik saja". Nada lembutnya itulah yang membuat saya jatuh cinta kepadanya. Akan tetapi , pada situasi ini ... saya tidak merasakan apa-apa selain hanya merasa khawatir.

Beberapa jam telah berlalu , Melody terlihat dia sedang tertidur. Saya menutup bukunya dan menggenggam tangannya , berdoa agar dia baik-baik saja.

Lalu saya keluar dari kamarnya , menutup pintu pelan-pelan. Dan datanglah sang dokter. Saya bertanya kepadanya tentang apa yang membuatnya sakit. Lalu dokter itu menjawab ,"saya minta maaf ... akan tetapi sepertinya kekasihmu terkena virus langka yang--"

Sesaat saya mendengar dia berkata itu , semuanya terasa lamban , waktu terasa sangat pelan. Saya seperti sedang berada di dunia lain. Saya bahkan tidak bisa mendengar apa yang dokter katakan setelah kata itu.

Pada pertama kalinya , saya berada di kesulitan yang belum pernah bisa saya tuntaskan.

Hari demi hari , saya terus mengunjunginya ... Setiap pulang sekolah saya mengunjunginya sampai malam , setidaknya sampai dia tertidur.
Dia memberitahu saya bahwa orang tuanya sudah tiada sesaat dia berumur lima tahun , dan selama ini dia dirawat oleh pembantunya. Dia berasal dari keluarga orang kaya. Akan tetapi , selama empat belas tahun dia selalu terkurung di rumah besarnya. Saat itulah dia memutuskan untuk mulai tinggal sendiri dengan pergi ke negara lain dan mulai belajar. Dia berasal dari eropa , ayahnya keturunan eropa dan ibunya keturunan asia. Saya bertemu dengan dia di pesawat ketika di brazil sesaat akan departure. Dia sudah departure beberapa kali dari satu negara ke negara lain. Dia adalah orang yang sangat pintar dan memiliki personalitas dan ciri-ciri yang cantik.

Setiap hari saya mengunjunginya ... akan tetapi ..


------

------


Day 671


Sebuah operasi akan dilakukan dengan tingkat keselamatan empat puluh lima persen. Akan tetapi jika operasi ini sukses , ada jaminan bahwa Melody akan sembuh dari serangan virusnya. Semua biaya dia pakai dari perusahaan orang tuanya.

"Aku akan kembali", kata Melody selagi di dibawa masuk kedalam ruang operasi.

Saya menunggu dan menunggu selama enam jam. Dan akhirnya operasi selesai dilakukan. Dokter mengatakan bahwa Melody telah terbebaskan dari virus langka itu akan tetapi ketahanan tubuhnya berkurang.

Melody sekarang menjadi sangat lemah. Dia yang tadinya selalu aktif dan ceria , menjadi orang yang hanya akan duduk di kursi rodanya dan menatapi keluar jendela.

Saya mengangkat dia ke kasurnya. Dan membuka jendela seperti yang dia inginkan.

"Aku beruntung mempunyai kekasih sepertimu",katanya sekali lagi dengan nada yang lembut tapi lemah.
"Aku akan selalu berada disisimu", jawab saya.

Mulai pada hari itu , tiap malam saya tidur di sofa dikamarnya di hospital itu.

----

----

Day 673


Sepulang sekolah , saya menjenguknya lagi . Dia berbaring dengan kepalanya yang mengarah keluar jendela mengamati suasana di luar. Saya duduk dikursi disamping kasurnya. Dia mengalihkan pandangannya ke saya. Saya menggenggam tangannya. Lalu dia meminta saya untuk menggendongnya ke tempat rahasia kita.

"Akan tetapi , kau masih--" , perkataan saya terpotong oleh senyumannya.

Pada awalnya saya ragu-ragu , dan khawatir ... lalu saya menggendongnya di belakang punggung saya. Para dokter dan pengurus menghentikan saya , akan tetapi Melody tetap memohon. Kita pun diberi lewat dan kita pergi menuju tempat rahasia kita itu dengan mengendarai mobil saya.

Musim semi pada hari itu terasa sejuk dan berwarna . Angin-angin segar berhembusan. Sesaat kami sampai di tempat rahasia kami , saya menidurkan Melody di pangkuan saya di bawah pohon besar yang selalu kita duduki bersama. Kita mengobrol tentang buku , dan lain-lain. Ada saatnya kita berbicara tentang masa depan kita . Saya tertawa , dia pun tertawa. Kita seperti pasangan suami istri yang berencana untuk membangun sebuah rumah.

Berjam-jam kita berdiam disitu menikmati sejuknya udara di musim itu. Angin sejuk tidak ada hentinya menghembuskan kita.

"Drey , aku sangat mencintaimu", melody berkata dengan nada lembut lemahnya.
"Aku juga mencintaimu", saya membalasnya.

Melody mengangkat tangannya untuk merasakan wajah saya. Lalu dia mencium saya, bibirnya yang lembut dan dingin menyentuh hati saya di bawah sejuknya pohon itu dan angin sejuk yang kencang menghembuskan kita pada saat itu.

"Aku penasaran , kira-kira seperti apa yah aku akan bereinkarnasi?", dia berkata itu dengan sangat lemah .
Saya menolak perkataannya itu, "ayolah ... jangan berkata seperti itu , kau akan baik-baik saja".

"Oh ya", Melody melanjutkan ,"Malam ini aku bermimpi bertemu dengan ibumu..."

Saat itu saya berjeda sedikit.

Melody melanjutkan perkataanya dengan sangat lemah ,"Ibumu sangat cantik dan baik ... oh ya aku juga bertemu dengan ayahmu , dia adalah orang yang saangaaat keren...".

"Ya...", entah mengapa tiba-tiba air mata mengalir dari mata saya. Pada pertama kalinya untuk sekian lama ... saya bisa menangis.
Melody mengangkat tangannya untuk mengusap air mata yang ada di wajah saya.
"Akhirnya kau menangis ...hehe",dia berkata itu dengan sedikit tawa dan senyum manisnya.
Air mata saya menetes ke wajah Melody , saya masih membiarkan melody mengusapkan air mata saya dan ...
"Drey ..."
"Ya ?".

Melody lalu menidurkan kembali tangannya dan berkata ,"Terima kasih atas segalanya".

Saya melihat Melody terlihat tertidur dengan senyumannya yang cantik itu. Sepertinya dia tertidur ... tapi , entah mengapa ... saya tidak bisa merasakan denyut nadinya.

"Melody ...?"

Saya berusaha untuk membangunkannya berkali-kali ... akan tetapi dia tidak menunjukkan tanda-tanda apapun. Dia hanya terlihat tertidur di pangkuan saya dengan senyumannya itu. Lalu saya menyadari bahwa Melody sudah pergi. Angin tiba-tiba berhenti berhembus. Dia sekitar bunga-bunga di tempat rahasia kita. Untuk terakhir kalinya saya menciumnya dan memeluknya.


----

----

Day 701

Year 2028


Dunia ini salah. Pemerintah-pemerintah negara lain membuat sebuah pagar yang membelah antara yang sanggup dan tidak sanggup. Sebuah peperangan terjadi dan pemberontakan. Sebuah Virus langka itu berpencar keseluruh dunia dan membunuh banyak orang. Dunia yang saya lihat sekarang sangat tidak berwarna . Semua terlihat ...

"Salah"


---

---

Day 807


Sebuah cahaya putih terlihat dan merubah seluruh dunia. Semuanya hancur ... Apakah ini hukuman saya? karena tidak terlalu menunjukkan perasaan saya secara lebih ? Saya berdiri di lautan darah ini... dan berusaha untuk berjalan tanpa tujuan. Impian saya terhancuri .

Saya berdiri di tengah-tengah lautan darah ini. Merasa capai...

Langit yang tadinya bersih berwarna biru dan indah berubah menjadi gelap seakan-akan hujan deras mulai mengguyur daratan ini.

Bangunan-bangunan di kota tertidur dan gundul. Langit-langit mengecil. Tumbuhan-tumbuhan menjadi abu. Jalan-jalanan terbelah.

Menit tiap menit saya mulai sulit bernapas karena asap-asap yang mengarungi kota ini.

Saya terus bernapas ... berusaha untuk terus bernapas walaupun udara kotor memasuki tubuh saya.

Pandangan saya sedikit demi sedikit menjadi buram. Mungkin karena kurangnya oksigen yang masuk kedalam tubuh saya.

Saya mencoba untuk berjalan lurus tanpa tujuan. Dengan kondisi tubuh saya yang lemah , saya berjalan pelan merasa seperti ada beban yang sangat berat di pundak saya.

Terus berjalan dan berjalan , saya terjatuh di lautan darah ini bergabung tidur dengan mayat-mayat disekitar saya. Pandangan saya menjadi lebih buram , tubuh saya merasa dingin. Tanpa saya sadari , darah mengalir dari perut saya. Sepertinya saya memiliki luka tusuk di perut saya akan tetapi anehnya saya tidak merasakan rasa sakit apapun. Melainkan perasaan dingin seperti bola salju yang mengenai perut saya.

Pikiran saya berada di tempat lain. Saya tidak memikirkan tentang luka saya.

Saya memikirkan tentang cinta pertama saya.

Sesaat saya tertidur dengan pandangan yang buram , saya melihat dia. Ikutan berbaring menghadapi saya dengan senyuman cantiknya. Saya menyadari bahwa saya sedang berhalusinasi atau akan segera tiada bergabung dengan yang lain.

Dia memberikan tangannya kepada saya seakan-akan meminta saya untuk menggenggam tangannya. Saya pun tertawa kecil , menertawakan tentang situasi yang menyedihkan ini.

Saya pun berpikir , sungguh luar biasa ... bagaimana dia masih bisa membuat saya jatuh cinta kepadanya bahkan ketika dia sudah tiada. Air mata mengalir sekali lagi. Saya mencoba untuk mencapai tangannya akan tetapi karena pandangan saya yang buram ... semua terlihat sangat sulit untuk dilakukan.

Capailah .. capailah .... capailah ... saya mengatakan kepada diri saya sendiri.
Lalu semuanya terlihat putih ... tidak ada apa-apa hanyalah Melody yang sedang berada di hadapan saya menghilang secara perlahan-lahan.
Saya mengucapkan kata-kata terakhir saya...

"terima ... kasih"


-Phase 01 : Part 3
-END


© 2014 Avi


My Review

Would you like to review this Chapter?
Login | Register




Reviews

[send message][befriend] Subscribe
Avi
English version coming soon

Posted 10 Years Ago



Share This
Email
Facebook
Twitter
Request Read Request
Add to Library My Library
Subscribe Subscribe


Stats

242 Views
1 Review
Added on December 6, 2014
Last Updated on December 6, 2014


Author

Avi
Avi

Kissimmee, FL



About
Hobbies : Writing , Reading Manga / Novels , Listening to music , playing games , watching anime , sleeping , conserving energy. Like : Lemon Water / Lemon Tea , Meat , Klassik songs / Instrumental.. more..

Writing
Err:0 Err:0

A Chapter by Avi


C E L L A C E L L A

A Book by Avi