03 – Recording TestA Chapter by Aga ALanaEsok harinya merupakan hari pertama belajar intensif di Saotome Academy. Yuzuru dan Chihiro pergi bersama menuju gedung sekolah dari dormitory, dan sesampai di kelas mereka bertemu dengan Minami-Kira yang selalu saja bercengkrama akrab "dimana Kira merayu Minami dan Minami selalu saja membentaki sepupunya itu atau menjitaki kepalanya. “Pagi, Minami!” sapa Yuzuru dan Chihiro bersamaan. “Pagi, Yuzu-chan, Chii-chan!” balas Minami, ia langsung meninggalkan Kira. “Uuh, kok aku gak disapa?” Kira merasa kesal karena terabaikan. Yuzuru dan Chihiro tertawa, mereka benar-benar melupakan orang itu. “Pagi, Kira-kun!” sapa mereka setelah itu. Kira senang mendengarnya, ditambah dengan "kun di belakang namanya karena terdengar akrab. “Pagi, Yuzuru-chan, Chihiro-chan~. Hari pertama kita harus semangat ya!” balas Kira dengan riang. Pagi ini Kira malah terlihat sangat ceria meski sudah dibentaki Minami berkali-kali. Ia mengepalkan kedua tangannya dan dinaikkan setinggi kepala menunjukkan rasa semangatnya. Yuzuru dengan polosnya mengikuti tingkah Kira, seakan ia tertular semangatnya Kira dalam dirinya. Chihiro dan Minami hanya tertawa kecil melihat kekonyolan teman mereka. Bel tanda masuk pun berbunyi, suaranya disalurkan kesetiap speaker yang ada di masing-masing kelas. Tanpa diberitahu lagi semua siswa segera masuk dalam kelas "yang sedang ada di luar kelas" dan langsung duduk di kursi mereka masing-masing dengan tertib. Ringo-sensei segera masuk ke kelas A. Wajah berseri semua siswa kelas A yang mendapati kehadiran Ringo-sensei mengajar di kelas mereka. Ringo-sensei sudah ada di depan kelas, tersenyum manis seperti biasa sambil melihat wajah-wajah siswanya. Wajah-wajah itu terlihat tidak sabar untuk mendapatkan pelajaran darinya, itu membuatnya sangat senang. “Pagi-ppu~! Di hari pertama semoga kalian semangat untuk belajar ya! Sebelum kita belajar, sensei mau memberitahu tugas umum kalian untuk bulan depan. Tugas ini diberi nama Recording Test~! Komposer dan idol akan dipasangkan untuk membuat sebuah lagu. Bagi yang mengambil jurusan komposer harus membuat lagu dan jurusan idol yangakan membuat lirik dari lagu yang diciptakan oleh sang komposer.” Sedikit suara gaduh datang dari mulut siswa yang terkejut dengan tugas pertama mereka. Mereka tak menyangka akan mendapatkan tugas membuat lagu begitu cepat padahal mereka baru saja masuk sekolah musik ini. Ringo-sensei menepuk tangan dua kali untuk membuat mereka diam dan agar ia bisa melanjutkan penjelasannya. “Recording Test ini sebagai latihan awal kalian untuk ujian kelulusan nanti, karena itu idol dan komposer harus bekerjasama untuk membuat lagu. Nah, untuk tugas pertama ini, kalian akan sensei pasangkan secara acak. Untuk ujian kelulusan kalian boleh memilih sendiri. Jangan takut, terkadang cara ini malah menentukan takdir pertemuan kalian para idol dengan komposer kalian! Tapi ingat satu hal...” Lalu wajah cantik Ringo-sensei berubah menjadi sangat serius. “PERCINTAAN DILARANG! Jika ketahuan antara kalian memiliki hubungan khusus secara langsung akademi akan mengeluarkan kalian dan tidak ada kata kesempatan kedua. Jadi...” Kini wajah Ringo-sensei berubah kembali bersahabat seperti biasa. “Untuk tugas pertama ini berjuanglah~!” Ringo-sensei pun menempelkan kertas yang berisi nama-nama siswa yang akan dipasangkan dalam Recording Test, komposer dan idol. Lalu Ringo-sensei menjelaskan lebih rinci tugas tersebut dan menceritakan pengalaman siswa tahun kemarin saat menyelesaikan tugas ini. Mata Yuzuru sibuk mencari namanya di kertas tersebut, karena ia duduk berhadapan dengan papan tulis dan tak jauh dari sana ia bisa melihat dengan jelas nama-nama yang ditulis. Ia mulai dari awal, ....komposer blablabla dan idol blablabla.... komposer blablabla dan idol blablabla..... Matanya melebar saat menemukan namanya, lalu ia kembali melihat nama komposer yang ada di atas namanya. Ku-Kurosawa Yosuke?? Matanya bertambah melebar. Kedua telapak tangannya menutup mulutnya yang menganga. Dengan gerakan lambat kepalanya diputar ke arah tempat duduk Kurosawa Yosuke yang ada di paling ujung kiri kelas. Dan orang yang ia lihat itu terlihat kesusahan melihat nama-nama yang ada di kertas yang ditempel di papan tulis. Saat Yosuke memutar kepalanya ke arah Yuzuru, Yuzuru langsung memutar kepalanya menatap lurus ke depan. Lalu sedetik kemudian ia menatap ke arah Chihiro yang ternyata sudah menatapnya dengan senyuman. Senyuman apa itu, Chihiro? Lalu Chihiro kembali memandang ke depan, memperhatikan penjelasan Ringo-sensei akan tugas pertama mereka. Chihiro berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke depan kelas. Yuzuru terkejut kenapa Chihiro berjalan saat sensei masih ada dalam kelas. Ringo-sensei memberikan beberapa lembar kertas pada Chihiro yang ternyata lembaran not lagu. “Yamashita Chihiro-chan akan memainkan lagu terbaik dari tugas Recording Test tahun lalu. Silahkan.” Chihiro mengangguk dan membawa lembaran not lagu bersamanya ke belakang kelas dimana piano berada. Saat Chihiro berjalan ke arah piano dan duduk di kursi, Yuzuru melihat Yosuke yang memperhatikan Chihiro dengan tatapan mata yang sangat sangat tak bisa Yuzuru jelaskan. Apa benar tak ada hubungan dengan Kurosawa Yosuke itu? Ada perasaan sesak dalam dada Yuzuru. Telapak tangan kanannya ditempelkan ke dadanya. Dan ia merasakan detak jantungnya lebih cepat dari sebelumnya. Membuatnya bertambah sesak. Pertanda apa? Yuzuru tak mengerti. Ia baru saja mengenal Chihiro beberapa hari yang lalu, dan sekamar dengan gadis itu. Bahkan Yuzuru sudah sangat nyaman berada di dekat Chihiro hingga ia merasa tak ada yang dikhawatirkan akan pertemanan. Tapi, semenjak mereka menyadari kehadiran seorang laki-laki di kelas mereka, yang entah apa hubungannya dengan Chihiro, membuat perasaan aneh menganjal di hati Yuzuru. Chihiro membuka penutup tuts piano, meletakkan lembaran not lagu yang disediakan di atas tuts. Ia membaca sekilas not melodi dan meletakkan jemarinya pada tuts yang sesuai dengan not yang tertulis disana. Semua siswa kelas A memperhatikan Chihiro yang memainkan piano dengan indah. Lagu yang ia mainkan itu memiliki tempo sedang lalu naik-turun seakan memacu emosi sedih dan bahagia bagi yang mendengarnya. Setelah permainan Chihiro selesai, semua orang tepuk tangan untuknya. Meski lagu itu bukan miliknya tapi ia juga terbawa suasana yang ada dalam lagu itu dan ia tersipu oleh tepuk tangan teman sekelasnya akan permainannya. Ia menjadi penasaran siapa yang menciptakan lagu tersebut. Yuzuru sendiri, tanpa ia sadari ia telah menitikkan air mata saat mendengar lagu itu. Ia memegang pipinya, kemudian menghapus air matanya. Untung semua perhatian sekelas terpaut pada Chihiro jadi tak ada yang menyadari ia menangis. Sesaat kemudian Yuzuru tersenyum, memuji keindahan lagu tersebut dalam hatinya. Ia ingin menyanyikan lagu seperti itu suatu hari nanti. Ia juga langsung ikut bertepuk tangan setelah permainan Chihiro selesai. Chihiro mengembalikan lembaran not lagu pada Ringo-sensei dan kembali ke tempat duduknya. Yuzuru memberikan dua jempolnya begitu Chihiro melihatnya. Pelajaran pertama mereka selesai. Ringo-sensei keluar dari kelas, dan setelah itu semua siswa kelas A sibuk mencari pasangan dalam tugas mereka. Ada yang sesama perempuan, sesama laki-laki, dan pasangan laki-laki dengan perempuan akan disoraki oleh mereka sekedar bercanda. Suara yang lebih heboh ialah suaranya Kira. Hatinya dalam keadaan berkabung saat tahu ia tak dipasangkan dengan Minami, ditambah ia dipasangkan dengan komposer laki-laki. Dalam pikirannya sejenak, setidaknya jika tidak Minami sebagai komposernya, ia mau dipasangkan dengan komposer lain tapi perempuan. Namun Tuhan tak mengabulkan keinginannya. (Author yang tak mengabulkan keinginannya :’v hueheeheee *tawa nista*) Yuzuru bingung bagaimana cara mendekati Kurosawa Yosuke dan berkenalan dengan laki-laki itu. Sedangkan Yosuke sendiri berjalan ke depan kelas dan mencari namanya di kertas tersebut. Yuzuru ingin meminta bantuan Chihiro tapi temannya itu telah pergi ke belakang menemui pasangan tugasnya. Kemudian mata Yuzuru spontan mencari keberadaan Minami, tapi Minami juga sudah bersama orang lain. Kira? Ia malah nangis di pojokan kelas. “Kitani Yuzuru?” Seseorang dengan suara yang asing memanggil namanya. Spontan Yuzuru terkejut dan mengarahkan matanya ke orang yang memanggilnya. Ia juga secara tak sadar menggumamkan hadir seakan ia diabsen oleh guru. Yuzuru terkejut saat tahu orang yang memanggilnya itu ternyata Kurosawa Yosuke. Laki-laki itu hampir tertawa saat melihat reaksi Yuzuru yang pikirnya lucu. Kepalan tangan kanannya menutupi mulut yang ingin tertawa. Yuzuru menatap Yosuke dengan malu-malu, kepalanya hampir tertunduk. Tahu suasana agak canggung, Yosuke mengulurkan tangannya pada Yuzuru sebagai perkenalan. “Namaku Kurosawa Yosuke.” Yuzuru menjabat tangan Yosuke. “Kitani Yuzuru,” dan mengangguk sekali kemudian. “Ditugas ini kita sama-sama berjuang ya!” Yuzuru kembali mengangguk, pipinya memerah karena malu. Ia berusaha untuk menutupi sikapnya yang pemalu itu tapi tetap saja tidak bisa. “Iya, sama-sama,” jawab Yuzuru, “mohon bimbingannya.” “Tak perlu kaku begitu. Santai saja!” ucap Yosuke ringan. Penilaian pertama Yuzuru terhadap Yosuke saat ini ialah ternyata Yosuke sangat ramah dan murah senyum, membuatnya nyaman. Sama dengan Chihiro. Sama dengan Chihiro? “Kurosawa-san?” “Apa?” Apa hubunganmu dengan Yamashita Chihiro? Tapi pertanyaan itu tak mampu ia ucapkan lewat mulutnya begitu saja. Pertanyaan itu langsung ia telan seakan memakan obat pahit yang seharusnya tak ia makan. “Aah, itu... eh, aku lupa mau tanya apa. Hahaa...” elak Yuzuru, ia terkekeh kaku sambil menggaruk kepalanya. Penilaian pertama Yosuke terhadap Yuzuru saat ini ialah bahwa gadis yang ada di depannya sangat pemalu dan kesalahtingkahan gadis itu terlihat lucu. “Mungkin kamu ingin bertanya tentang tugas kali ini,” terka Yosuke. “Ah, iya!” Yuzuru pura-pura ingat, ia mencari alasan apa yang tepat. Apapun yang berkaitan dengan tugas mereka itu. “Lagu tadi sangat bagus. Aku suka lagu tadi,” ucap Yuzuru kemudian. “Kamu ingin lagu yang seperti tadi?” tanya Yosuke. “Bagiku itu agak sulit.” “Eh, maaf. Bukan maksudku memaksa Kurosawa-san membuat lagu yang seperti itu. Melodinya terdengar cukup sulit. Bagiku lagu sederhana pun tak apa asal tersampaikan dalam hati yang mendengarnya.” “Kau seorang yang puitis, ya?” Yosuke agak tertawa mendengar penjelasan Yuzuru. Itu membuat gadis itu malu dan kembali menunduk. “Maaf,” sesal Yuzuru. “Pemikiranku terdengar egois.” Yosuke menggeleng sekali. “Tidak. Idemu bagus. Aku akan coba membuatnya. Kalau sudah selesai akan kukabari. Boleh minta nomor telepon?” Yosuke mengeluarkan telepon genggamnya, membuka flip layar dan menghidupkan sambungan untuk memberi nomor teleponnya pada Yuzuru. Tanpa pikir panjang Yuzuru juga mengambil telepon genggamnya, membuka kunci pengaman teleponnya dan menghidupkan sambungan agar nomor telepon Yosuke masuk dalam kontak teleponnya. Lalu giliran Yuzuru yang memberikan nomor teleponnya pada Yosuke. Telepon genggam Yosuke bergetar, nomor telepon Yuzuru telah masuk dalam kontak teleponnya. “Nanti akan aku kabari. Kalau gitu aku pergi dulu ya, ada urusan ke ruang guru.” Yosuke pun pamit dan keluar dari kelas. Yuzuru masih terdiam di tempat ia berdiri. Sedetik kemudian ia dikerumuni oleh teman-teman sekelasnya, terutama yang perempuan. Ia kaget setengah mati dan menatap mereka satu per satu. “Wah kamu beruntung Kitani-san, berpasangan dengan Kurosawa Yosuke,” sahut salah seorang siswi padanya. Matanya berbinar, tak hanya siswi itu semua yang mengelilinginya memiliki mata yang sama padanya. Takjub. “Enak ya! Aku juga ingin!” kata siswi lainnya. “Eeh, kamu kan komposer!” timpal temannya. Dan mereka semua pun tertawa. Yuzuru juga ikut tertawa, tertawa kaku. Ia tak mengerti kenapa ia beruntung bisa sekelompok dengan Kurosawa Yosuke. Yang ia tahu ia merasa tak enak hati dengan Chihiro.
♫♫♫♫♫
“Chihiro, menurutmu recording test itu bagaimana?” tanya Yuzuru. Chihiro yang sedang mengerjakan tugas jurusan komposer di meja belajar tidak menjawab pertanyaan Yuzuru langsung. Ia butuh konsentrasi menyelesaikan tugasnya. Namun Yuzuru menunggu jawabannya. Karena tak menjawab Yuzuru pun menghampiri Chihiro ke meja belajarnya. Yuzuru pikir Chihiro sedang mengerjakan not melodi lagu untuk recording test. Ia mengintip dari belakang Chihiro baru ia tahu kalau teman sekamarnya sedang mengerjakan tugas lain. Bayangan Yuzuru terbentuk di meja belajarnya Chihiro dan membuatnya sadar kalau temannya sudah ada di belakangnya. Chihiro membalikkan badan. “Ada apa Yuzuru-chan?” “Ah, tidak ada. Maaf ya kalau aku ngeganggu.” Chihiro menggeleng. “Aku yang harus minta maaf. Aku dengar kok pertanyaan kamu tadi.” “Nah, menurutmu bagaimana? Sulit atau mudah?” tanya Yuzuru penasaran. Chihiro menempelkan telunjuk tangannya ke dagu, berpikir sejenak. “Hmm, dibilang sulit sih memang ya. Lagi pula aku belum pernah buat lagu, hanya memainkan piano sesuai perasaan hati. Menurut Yuzuru-chan sendiri?” “Kalau aku, aku pikir komposerlah yang kesulitan, membuat lagu dari awal. Kalau lirik, aku akan berusaha membuatnya!” Yuzuru menjawab dengan penuh semangat. “Chihiro juga semangat ya! Chihiro kan komposer juga.” “Iya. Terimakasih, Yuzuru-chan.” “Oh, iya. Chihiro dipasangkan sama siapa?” tanya Yuzuru kembali. Padahal Chihiro ingin melanjutkan tugasnya, dan ia kembali meluangkan waktu untuk Yuzuru. Tapi wajahnya terlihat tidak begitu baik. Bahkan ia tak mau menjawab. Terlihat kekecewaan dalam matanya. Yuzuru merunduk, menatap wajah Chihiro. “Ada apa?” tanyanya. “Kamu tahu Mikado Zen? Aku dipasangkan dengannya.” Yuzuru tahu siapa yang Chihiro katakan, tapi ia tak mengerti kenapa Chihiro terlihat tak senang saat mengucapkan nama orang itu. Yuzuru kembali mengingat-ingat wajah Mikado Zen dan sikapnya selama ia tahu. Namun Yuzuru masih belum menebak sifat orang itu seperti apa. Jika Chihiro tak suka berarti orang itu memiliki sikap yang tak disukai oleh Chihiro. Yuzuru ingin menanyakan langsung pendapat Chihiro terhadap Mikado Zen itu. Apa dia mengatakan hal yang buruk tentangmu? Tapi Yuzuru kembali menelan pertanyaannya. Ia berjongkok di depan Chihiro lalu menggenggam tangannya dan menatapnya. Chihiro agak terkejut dengan tindakan Yuzuru. “Kalau Chihiro ada masalah, kapan saja hubungi aku, jangan ragu ya.” Yuzuru tersenyum, senyumannya membuat hati Chihiro tenang. Ia mulai tersenyum. Chihiro mengangguk sekali. “Terimakasih, Yuzuru-chan!” “Hmm! Kalau kita jauh telepon aja aku ya! Kalau dia berbuat jahat pada Chihiro, aku akan menendangnya terbang ke langit! Ah, langit terlalu jauh, setidaknya ia akan terbang ke danau belakang sekolah biar dia berenang sama itik-itik setempat!” Chihiro tertawa mendengar keberanian Yuzuru. Ia berharap agar memiliki keberanian Yuzuru jika hal itu memang terjadi, meski apa yang diucapkan Yuzuru benar atau tidak. Apa Yuzuru bisa menendang laki-laki hingga terbang ke langit? Padahal tubuh Yuzuru lebih pendek darinya. Tapi keberaniannya... melebihinya. Dan malam pun berlalu... Chihiro harus memberanikan dirinya pagi ini. Ia tak akan bisa menghindari Mikado Zen, bagaimanapun recording test harus ia selesaikan dengan baik. Ia tak memasang wajah cemas di depan semua orang termasuk Yuzuru pagi ini. Mereka pergi sekolah bersama seperti biasa, bertemu Minami yang bertengkar dengan Kira seperti biasa . . . , dan menangani perasaannya yang terus berdetak saat bertemu mata dengan Yosuke meski jarak mereka jauh. Hal yang tak ingin ia temui di pagi ini pun mendatanginya. Senyuman Mikado Zen sangat tak mengenakkan hati Chihiro, bahkan perutnya merasa mual jika ia menatap mata laki-laki itu lebih dari sedetik karena ia tahu tatapan mata itu padanya. “Apa kau ada waktu setelah sekolah usai? Aku ingin berdua denganmu.” Dengan beraninya Mikado Zen bicara pada Chihiro dimana Yuzuru dan Minami masih ada di dekatnya. Bahkan Minami langsung menutup mulutnya yang menganga. Yuzuru menatap Mikado Zen tajam. Karena dilihat mencurigakan, ia berdehem dan membetulkan kalimatnya. “Maksudku untuk membahas lagu apa yang akan kita buat untuk recording test.” Kemudian ia tersenyum miring pada Yuzuru. “Kenapa kau menatapku seperti itu? Aah, kalau mau kau juga boleh ikut kok.” Yuzuru ingin sekali membalas perkataan Mikado Zen beribu kali menyakitkan, tapi Chihiro memegang pundak Yuzuru, menggelengkan kepalanya, agar Yuzuru tak terbawa emosi. “Untuk lagu, beri aku sedikit waktu Mikado-san. Jika kamu ingin membahas lagu seperti apa yang kamu inginkan bisa kita bicarakan di kelas. Aku tidak bisa bekerja berdua ataupun bertiga, aku lebih suka bekerja sendiri.” Chihiro menjawab keinginan Mikado Zen dengan tatapan keseriusan, meski ia takut tapi ia memberanikan diri menatap mata yang ia benci. Mikado Zen bersiul, ia kagum pada keberanian Chihiro yang menolak ajakannya. Seharusnya gadis itu takut padanya, apalagi menatapnya. Karena kemarin ia sangat berhasil membuat Chihiro menggigil ketakutan berada di sekitarnya. Ia ingin melihat ekspresi itu lebih lama lagi. “Baiklah. Aku akan memberimu waktu. Jika sudah selesai datanglah padaku.” Mikado merunduk hingga wajahnya sejajar dengan wajah Chihiro dan menatapnya lebih dalam. Suaranya seakan berbisik di depan wajah Chihiro. “Aku menantikannya.” Chihiro spontan menghindar dengan muka memerah. Ia tak malu melainkan kesal, sangat! Yuzuru langsung mendorong Mikado menjauhi Chihiro, ia berdiri di depan Chihiro untuk melindunginya. Ia tak berkata apa-apa, tapi tatapannya sangat menekan. Ekspresi yang Mikado sukai, dan ia tersenyum melihat Yuzuru. “Kau tahu, aku lebih suka tipe yang kecil dan imut,” ujarnya pada Yuzuru. Ia tersenyum dan berlalu saat Yuzuru hampir saja ingin meninjunya. Yuzuru sangat geram, pipinya memerah kesal. Namun Chihiro menggenggam kepalan tangan kanan Yuzuru dengan lembut menyadarkan Yuzuru dari emosinya. Yuzuru membalikkan badan, menatap Chihiro dengan wajah cemas. “Yuzuru-chan, anak yang baik, ya. Seperti adik yang menjaga kakaknya,” ujar Chihiro, ia tersenyum senang. Chihiro sudah tahu kalau umur Yuzuru lebih muda darinya dua tahun. Karena Yuzuru menutupinya, hanya pihak sekolah yang tahu kalau ia siswa tahun pertama yang paling muda disana. “Bukannya kakak yang menjaga adik?” heran Yuzuru. Wajahnya sudah berubah, tak ada amarah dibalik tatapan matanya. Chihiro hanya tersenyum, tak membalas dengan kata-kata. Dan sedari tadi Minami hanya terdiam melihat semuanya. Serta menutup mulutnya yang masih terbuka lebar. “Minami?” panggil Yuzuru. Mata Minami berkedip, ia menurunkan tangannya tapi mulutnya masih terbuka, ingin mengeluarkan suaranya. Ia berpikir untuk mengeluarkan kalimat yang tak menyinggung dua teman akrabnya itu. “Ah, maaf, aku hanya... hanya tak percaya.” Yuzuru dan Chihiro terlihat bingung dengan ucapan Minami. “Yuzu-chan, kau berani sekali menantang mata Mikado Zen!” ujar Minami kagum, suaranya ia kecilkan agar hanya terdengar oleh mereka bertiga. “Aku rasa kamu orang pertama, tidak, perempuan pertama yang menantang matanya.” Lalu Minami beralih mata pada Chihiro. “Chii-chan, bukannya menakuti, tapi berhati-hatilah pada tindakan orang itu. Menurut informasi yang aku dapat, ia berbahaya.” Chihiro langsung mengerti ucapan Minami. Ia hanya mengangguk lemah. Meski begitu, ia sudah memikirkan berbagai cara agar bisa membuatnya terhindar dari Mikado Zen tapi tetap menyelesaikan recording test dengan baik. Dan semoga semuanya berjalan lancar.
♫♫♫♫♫
Chihiro memainkan piano di salah satu ruangan latihan yang ada di gedung sekolah. Walau ia tak memiliki ide apapun untuk membuat lagu, tapi ia ingin mendengarkan lantunan suara piano. Ia mencurahkan segala perasaannya lewat kesepuluh jarinya yang menari-nari di atas tuts piano. Lantunan yang lembut dan ceria muncul saat ia mengingat keinginannya untuk belajar di Saotome Academy dan meninggalkan hal yang terpenting dalam hidupnya, lalu pertemuannya dengan Yuzuru dan teman-teman di kelas A. Namun lantunan itu berubah, terdengar menyakitkan saat ia teringat recording test dan Mikado Zen. Ia pun berhenti bermain. Terdengar tepuk tangan seseorang dan suara itu semakin mendekat. Chihiro sangat terkejut saat tahu orang yang mendekatinya itu ialah Mikado Zen. Bagaimana ia bisa tahu aku ada disini? Chihiro berdiri dan menghindari Mikado, namun laki-laki itu terus mendekatinya perlahan. “Lagu yang tadi bagus, aah, yang terakhir, aku suka,” ucap Mikado. Ia tersenyum pada Chihiro, dan lagi senyuman yang membuat Chihiro mual. Mikado mencengkram lengan Chihiro saat gadis itu berlari darinya. Chihiro mencoba melepaskan tangannya, tapi cengkraman Mikado semakin erat. “Aku heran kenapa anak gadis dari keluarga Yamashita yang begitu ketat akan peraturan keluarga bisa diizinkan bersekolah di sekolah seni seperti Saotome Academy ini. Apa kau tak mendapat bagian perusahaan?” “Itu bukan urusanmu! Lepaskan aku!” erang Chihiro. Mikado melingkari tangan kirinya pada pinggang Chihiro, membuat jarak antara mereka lebih dekat. Dengan sekuat tenaga Chihiro mencoba menjauhi tubuhnya dari Mikado. Mikado mendekatkan wajahnya pada wajah Chihiro, ia berbisik, “Jadilah milikku, akan kuberikan apapun yang kau mau dan keluarlah dari sekolah ini.” Chihiro sudah muak. Segala kekuatannya mengalir pada satu tamparan pada pipi kanan Mikado. Ia terlepas dari pelukan Mikado, dan ia menghindar lebih jauh. Menghindar dan berlari, berlari lebih cepat menuju pintu dan keluar meninggalkan Mikado yang memegang pipinya. Ia sangat kesal dan muak. Ia masih memikirkan cara lain agar Chihiro tunduk padanya. Kesempatan ia berpasangan dengan Chihiro tak akan ia sia-siakan. Ia telah lama menginginkan saat berdua dengan gadis itu, ia telah lama memperhatikan gadis itu. Dan ia tak mau mundur begitu saja. Tak akan kubiarkan kau kembali bersama Kurosawa! Karena mereka berdua masuk ke Saotome Academy dengan tujuan yang sama. Yamashita Chihiro. ♫♫♫♫♫ © 2015 Aga ALana |
Stats
191 Views
Added on October 13, 2015 Last Updated on October 13, 2015 AuthorAga ALanaPadang, Padang, IndonesiaAboutHi, everyone who loves reading and writing! anything~ ^^ I'm Aga ALana, i'm not pro in writing and not newbie at all, i'm still learning how to be good writer and give good stories to everyone~! I w.. more..Writing
|