Plus 03 – he wakes up and he continued his story in real lifeA Chapter by Aga ALanaDalam kamar di
sebuah rumah sakit, seorang pemuda telah siuman. Ia duduk dan menghadap ke
jendela. Langit hari ini begitu cerah,
gumamnya. Ibunya yang masuk dalam kamar itu, kaget akan anaknya telah siuman
dari tidurnya yang panjang. Ia memeluk anaknya dan menangis bahagia. “Jun, anakku,” kata
ibunya itu bahagia. Ia menitikkan air mata bahagia. “Maaf, ibu. Aku
bangun terlalu lama,” sesal Jun. “Tidak, sayang.
Kamu telah bangun, itulah yang selalu ibu harapkan dan ibu sangat bahagia.” “Terimakasih, ibu,
sudah menunggu Jun selama ini.” “Untuk anakku
tersayang, ibu akan selalu menunggumu bangun. Kembali pada ibu.” Jun tersenyum. Ia
teringat perkataan seseorang, ‘Ada. Aku
yang akan menunggumu bangun.’ “Iya. Terimakasih.” Dokter pun masuk
dengan seorang perawat mencek kondisi Jun, walau kondisinya masih lemah, tapi
Jun terbangun seakan tak terjadi apa-apa. Wajahnya menampakkan cahaya berseri
denga senyum yang sangat hangat. Ia seakan seperti terlahir kembali menjadi
dirinya yang baru. Ya, Jun telah
tertidur selama setahun. Bahkan ia terkejut mendengarnya dari ibunya. Ia tak
menyangka akan selama itu. Dan selama itu pula, Mai menjenguknya, ibunya
menceritakan hal itu pada Jun agar ia merasa senang. Ya, Jun merasa sangat
senang. Perasaannya pada Mai masih tidak berubah. Dan memorinya di Dunia
Perantara semakin terkikis, tapi perasaan hangat yang lain dari balik
perasaannya yang dalam ada seseorang yang mengganjal selama ini. Ia tak ingin
melupakan hal itu. Tapi apa? “Apa... aku bertemu
dengan gadis itu lagi?” gumamnya. Meski ia tak mengingat wajah gadis yang ia
jumpai di mimpinya.
Setelah beberapa
hari perawatan dari siumannya, Jun pun akhirnya keluar dari rumah sakit. Ia
malah terlihat sangat segar, ibunya sangat lega melihat anaknya yang telah
sehat walafiat. Lalu jengukan dari teman-teman sekolah maupun akademi
kepolisian berdatangan dan memberinya semangat untuk kembali melanjutkan
studinya. Dan, ya, lusanya ia kembali kuliah ke akademi kepolisian bagian
detektif kepolisian. Teman-temannya telah menunggu kehadiran laki-laki periang
itu. Terutama bagi para gadis yang menyukainya. Jun pun bertemu
dengan Mai, Nakashima Mai yang sesungguhnya. Mai menjenguknya ke rumahnya. “Bagaimana
keadaanmu, Jun?” “Ya, sudah baikan!”
Jun tetap terlihat ceria di depan Mai. “Kalau begitu
syukurlah. Aku senang mendengarnya.” “Hmm!” Mereka berdua pun terdiam. Mai melirik Jun yang sibuk mengurus berkas-berkas kasus yang selama ini tertinggal karena ia koma di rumah sakit. Ia membacanya dengan semangat. Sedangkan buku pelajarannya ia biarkan di ujung meja, tak tersentuh. “Hei, Jun, apa
benar saat kamu tertidur jiwamu berada di sebuah tempat?” Mai menyadari dirinya seakan mengatakan hal bodoh dan aneh, seperti bukan dirinya, orang yang tak mempercayai segala hal gaib termasuk Tuhan sekalipun. “Maksudnya?” heran Jun, ia pura-pura tak mengerti. “Aku mendengar dari
rumor yang beredar. Jika ada seseorang yang koma, ia masih hidup tapi sebagian
jiwanya melayang ke sebuah dunia yang diciptakan Tuhan sebagai wadah bagi jiwa
itu, lalu Tuhan akan menimbangkannya apa jiwa itu kembali ke tubuhnya atau
kembali ke sisi-Nya.” Jun terdiam sesaat, lalu tersenyum. “Kau membicarakan itu seakan bukan dirimu saja!" timpalnya. Namun Mai tak menjawab. "Entahlah. Tapi jika itu benar, aku bersyukur karena Tuhan memutuskan agar
jiwaku kembali ke tubuhku. Aku masih belum mau mati!” Jun tertawa kemudian. “Hahaa.. iya, benar juga!" Mai ikut tertawa, tapi gugup. Ia berhenti tertawa, ada suatu hal yang harus ia katakan pada Jun, apa hal itu akan penting atau tidak bagi laki-laki itu. "Oh, iya, kau tahu, aku tertidur selama hampir satu bulan. Aku siuman
lebih dahulu darimu...” “Iya, aku mendengarnya dari ibu. Apa kamu juga
tak apa?” tanya Jun penasaran karena wajah Mai tidak terlihat ceria seperti biasa. “Bahkan lebih baik
darimu, Jun,” jawabnya dengan nada agak lemah. “Kalau begitu
baguslah!” “Jun...” “Apa?” “Selama kamu tak
bangun, aku telah ditunangkan oleh ayahku dengan seorang dokter yang bekerja di
rumah sakit ayah.” Mai menggigit bibir bagian dalam setelah mengatakan itu. Jun? Ia sempat terdiam. Kecewa, sedih dan sesal tentu ada dalam hatinya. Tapi setelah itu ia tetap bersikap seperti biasa pada Mai. Ia memberi selamat dan mendoakan kebahagiaan Mai. Jun pun semakin menjauh dari sisi Nakashima Mai. Saat mendengarnya tentunya
ia patah hati, tapi sesaat kemudian perasaannya tak begitu kecewa. Dalam
hatinya berbisik pada dirinya bahwa perasaannya telah terselamatkan sebelum Mai
mematahkan perasaannya itu. Diselamatkan oleh perkataan seorang gadis yang tak
ia kenal, namun pertemuannya begitu ia inginkan. © 2015 Aga ALana |
Stats
209 Views
Added on March 12, 2015 Last Updated on March 12, 2015 AuthorAga ALanaPadang, Padang, IndonesiaAboutHi, everyone who loves reading and writing! anything~ ^^ I'm Aga ALana, i'm not pro in writing and not newbie at all, i'm still learning how to be good writer and give good stories to everyone~! I w.. more..Writing
|