Chapter 3: Manager Baru untuk Klub Basket Seirin

Chapter 3: Manager Baru untuk Klub Basket Seirin

A Chapter by Aga ALana
"

Haruhi mulai menampakkan diri di tim Seirin! plok-plok-plokk! Lalu... karakter baru muncul!!

"

Hari Senin.

Minggu kedua bagi mereka yang bersekolah. Namun hari ini adalah hari pertama bagi Asuna bersekolah di Tokyo. Dengan diantar mobil pribadinya yang dikemudikan oleh seorang supir sewaan ayahnya dan seorang bodyguard seperti biasa. Mobil itu berhenti di depan gerbang sekolah yang ia tuju. Saat itu juga seluruh mata memandang mobil mewah dan juga seorang gadis keluar dari mobil tersebut.

Bodyguard-nya juga ikut keluar dari mobil dan berniat mengantarkan Asuna sampai ke kelasnya namun Asuna menolak dan memerintahkan mereka pulang. Saat pulang sekolah saja kembali saat mengantarkan ia pulang.

Asuna pun menginjakkan kakinya di Touou Academy. Dengan seragam Touou yang ia kenakan, ia telah merasakan udara sekolah itu dan membayangkan bagaimana serunya bersekolah karena selama ini ia hanya home schooling di Amerika. Ibunya sangat protektif  padanya hingga ia tak dapat bersekolah di sekolah umum layaknya anak lainnya.

Nyan!

“Daiki, sst!”

Ternyata ia membawa kucingnya ikut ke sekolah dengan meletakkannya dalam tas sandangnya.

“Sepertinya tadi ada suara kucing,” kata seorang siswi pada temannya.

“Masa’? mungkin hanya perasaan kamu aja,” jawab temannya.

Asuna pura-pura tak mendengar dan berlalu secepatnya ke ruang guru.

Ara, kamu anak baru itu, bukan? Tsuchimiya Asuna-kun, namamu, kan?” kata ibu guru yang melayani Asuna.

Hai’,” jawab Asuna malu-malu.

“Baiklah, sebentar lagi waktunya masuk dan kebetulan aku akan masuk ke kelas yang akan kamu masuki nantinya.”

Yoroshiku onegaishimasu, sensei.[1]

Watashi mo yoroshiku, Tsuchimiya-kun.”

Pas setelah sensei selesai berkemas, bel pun berbunyi dan seluruh siswa masuk ke kelas sambil menunggu guru mereka tiba. Ada yang masih berbicara dengan teman-temannya, ada yang berkaca merapikan rambutnya, bagi yang cowok masih ada yang mengusili temannya dan ada juga yang rajin membaca. . . . . membaca komik.

Pintu kelas dibuka oleh sensei dan semua murid langsung terdiam dan kembali ke kursi masing-masing.

“Begitulah seharusnya menjadi peliharaan harus menurut,” cetus sensei itu dengan suara rendah. Hanya murid yang duduk di depan yang mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh sensei. Mereka memaklumi karena sensei yang satu ini perkataannya agak kasar. Sedangkan Asuna tak mendengarkan karena ia langsung takjub akan seisi kelas dan para makhluk yang mendiaminya. Sebenarnya ia ingin berteriak, “Daiki! Inilah sekolah yang ku impikan! Ini semua! Aku sangat se~nang hari ini, Dai~ki!!”

“Aomine Daiki! Kenapa kamu telat tanpa rasa bersalah?!” kesal sensei melihat seorang siswa yang masuk lewat pintu belakang tanpa memberi salam atau meminta maaf atas keterlambatannya. Dan dengan santainya cowok berkulit hitam ‘eksotis’ ini duduk dibangkunya, menaikkan sebelah kakinya, ia tak merespon sama sekali kekesalan sensei.

“Cih, walau aku senang kau masuk saat jam pelajaranku, tapi dengan sikapmu ini rasanya tak ada syukurnya bagiku dengan kehadiranmu. Oii, Aomine-kun, kikoeteruka teme[2]?!!Sensei semakin naik pitam saat Aomine menguap dan mencongkel telinganya dengan kelingking saat sensei memarahinya. Sebenarnya ia sengaja melakukan hal itu agar sensei semakin marah dan kesal.

Sensei beralih pandangan pada gadis berambut pink panjang yang duduk di seberang Aomine. “Momoi-kun, lakukan suatu hal pada temanmu itu! Itu tanggung jawabmu sebagai teman dan juga manajer, bukan?” sensei melemparkan kekesalannya pada Momoi Satsuki, sang manajer tim basket Touou yang diikuti Aomine.

Satsuki kelabakan saat dimintai sensei menasihati Aomine. Walau mereka teman sejak kecil, ia sendiri sangat susah menasihati Aomine. “Sensei, kenapa jadi tanggung jawabku?”

“Kau menolak?” kesal sensei.

“Da...dari pada itu, sensei, kenapa tidak memperkenalkan murid baru yang dari tadi bengong di samping sensei,” elak Satsuki mencari alasan.

Sensei kaget sendiri, ia telah melupakan murid baru yang datang bersamanya. “Aah! Kenapa aku lupa? Yah, semuanya, kalian mendapat teman baru. Ayo, perkenalkan dirimu!” Sensei menatap Asuna yang diam tak bergeming.

“Tsuchimiya?” panggil sensei.

Namun Asuna tetap tak merespon. Sepertinya ia menatap suatu hal. Sensei melihat mata Asuna lalu mencoba menebak apa yang ia lihat hingga ia tak bergeming sedikitpun. Saat sensei tahu alasannya, ia malah jengkel sendiri.

Ouji-sama[3],” kata Asuna pelan.

Sensei menggeleng tak percaya. “Aah, kamu ini masa’ tipenya kayak Aomine yang gak karuan?”

Setelah sensei berkata seperti itu semua murid terdiam, lalu sesaat semua murid perempuan yang mendengarnya tertawa terbahak-bahak, bahkan ada yang menitikkan air mata karena tak tahan menahan tawanya, begitu juga dengan Satsuki, ia tak menyangka ada seorang gadis yang berpenampilan sangat sopan dan anggun menyukai Aomine yang... ya, begitulah! Sedangkan murid laki-laki yang menyukai Asuna dari awal ia masuk langsung patah hati dan menangis dalam hati. Aomine sendiri pura-pura tak mendengar lalu menguap.

 

“Namaku Tsuchimiya Asuna. Aku baru pindah dari Amerika. Karena aku baru di sini, aku belum punya banyak teman, karena itu mohon bimbingannya.”

Akhirnya Asuna memperkenalkan diri setelah sensei menertibkan seisi kelas. Ia pun dipersilahkan duduk di seberang kanan dari Aomine namun di depannya.

Nyan!”

“Kayak ada suara kucing?” kata seorang siswi yang duduk di depan Asuna.

Asuna langsung mengendapkan tasnya dalam laci mejanya setelah mengeluarkan buku dan alat tulisnya.

“Daiki, maaf ya, kamu dimasukin ke tempat yang sempit,” sesal Asuna dalam hati. “Jangan berisik ya,” kata Asuna pelan pada Daiki.

“Tapi, Daiki.... aku menemukan pangeran idamanku di sini. Kakkoi~”

Kepala Daiki sedikit keluar dari tasnya Asuna untuk sekedar bernapas karena sesak namun ia masih berada dalam laci dan tak terlihat oleh orang lain. Dan entah mungkin Daiki mengerti, ia sama sekali tak bersuara di dalam laci. Seperti ikut belajar juga dengan Asuna, namun setelah itu ia tertidur.

 

 

Haruhi kembali ke ruang OSIS dan ia bertemu dengan wakil ketua itu kembali yang ada di ruang itu. Dengan sedikit gugup dan malu-malu ia masuk dan menghampiri wakil ketua OSIS.

“Maaf, sepertinya usahaku tak berhasil,” kata Haruhi agak sedih.

“Padahal sudah berusaha keras. Tapi apa kamu tak apa?” tanya wakil ketua meyakinkan.

Haruhi mengangguk dan tersenyum. “Aku telah menentukan pilihanku,” jawabnya ringan.

“Kalau begitu baguslah! Aku turut senang.”

“Kalau begitu, aku permisi pamit dulu. Tsudeshimasu[4],” pamit Haruhi. Sebelum membuka pintu keluar, ia teringat suatu hal dan berbalik.

“Oh, iya senpai. Apa senpai kenal dengan anak kelas tiga? Namanya Aida Riko-san, dia kelas berapa?”

 

 

Jantung Haruhi berdegup kencang. Untuk pertama kalinya ia mencoba untuk bergabung lewat kata-katanya sendiri pada seseorang. Selama ini ia selalu dibantu oleh orang lain dalam hal apa pun. Saat SD, jika bukan karena Yuko, ia tak akan berteman dengan yang lain karena dasarnya memang sangat pemalu saat itu. Dan saat SMP, karena permainan basketnya yang bagus, saat kelas satu sudah direkrut untuk menjadi anggota inti tim basket perempuan di sekolahnya.

Saat di depan kelas 3-B, ia sangat gugup, ia tak tahu bagaimana caranya memulai. Saat akan membuka pintu kelas, pintu itu telah dibuka oleh seseorang. Baik Haruhi maupun orang itu sama-sama kaget dan sedikit tersipu.

Su..sumimasen[5], eto, apa ada Aida Riko-san di sini?” tanya Haruhi.

Teman sekelas Riko itu memang tampaknya terpesona saat melihat Haruhi dan ia berpikir bahwa kouhai[6] yang di depannya itu sangat kawaii[7] karena bertanya dengan malu-malu. Ia terdiam sesaat namun saat Haruhi bertanya padanya kembali ia tersentak dari lamunannya dan menjawab dengan gugup lalu memanggil Riko yang sedang berkonsentrasi pada buku yang ada di depannya.

Awalnya Riko kesal karena ada yang mengganggu konsentrasinya. Namun saat melihat sosok Haruhi di depan pintu kelas yang sedang melihatnya pula, ia pun terdiam dan tak ada baginya alasan untuk memarahi teman sekelasnya itu. Riko beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Haruhi.

“Sepertinya senpai sangat sibuk. Apa tak apa kuganggu?” tanya Haruhi gugup.

Daijoubu. Jangan terlalu dipikirkan,” jawab Riko santai. “Lalu.... apa yang ingin kamu bicarakan padaku?”

 

 

Jam istirahat pun tiba. Asuna bingung bagaimana cara menarik perhatian teman-teman barunya agar mereka mengajaknya makan bareng ke kantin karena ia telah menolak membawa bento[8] buatan pembantunya supaya dapat kesempatan  makan di kantin bersama teman sekelas yang diimpikannya.

“Tsuchimiya-san,” sapa seorang siswi menghampirinya. Asuna kaget dengan siswi itu dan beberapa temannya yang lain di belakangnya. “Apa kamu bawa bekal?” tanyanya.

Mata Asuna terbelalak, dalam benaknya berdebat antara “ini ajakan baik atau buruk bagi anak baru?” Namun ia menatap teman sekelasnya itu dan berpikir bahwa mereka taklah jahat. Asuna mulai tersenyum dan menjawab, “Sayangnya aku lupa bawa bekal.”

“Kalau begitu kita makan bersama di kantin, bagaimana?” ajaknya dan dianggukkan oleh temannya yang lain.

Tanpa berbuat apa pun untuk mendapat perhatian, tanpa disadari kehadirannyalah yang membuat teman sekelasnya telah memperhatikannya. Seorang siswi baru, pindahan dari Amerika, seharusnya bergaya kebaratan dengan rambut yang diwarnai namun berbeda dari bayangan orang-orang, malah justru datang dengan sikap dan tutur bicara yang sangat sopan layaknya wanita bangsawan jepang.

Asuna menyetujuinya dan ikut keluar bersama teman-teman barunya ke kantin.

“Oh, iya, aku boleh bawa ini?” tanya Asuna menggendong tasnya.

Temannya bingung, “Kita ‘kan hanya ke kantin.”

Nyan~

“Kucing!” kaget yang lain.

“Sstt... boleh, ya,” pinta Asuna memelas.

Mereka saling memandang dan langsung setuju saja karena telah terbius dengan keimutan kucingnya Asuna. Mereka segera ke kantin, memesan makan dan minuman yang disukai, Asuna sendiri dibimbing bagaimana membeli makanan di kantin, dan tak lupa ia juga membeli roti untuk Daiki-kun. Mereka pun mencari tempat duduk yang kosong untuk mereka tempati berlima, hmm... berenam dengan Daiki-kun.

Asuna kelihatan murung walau awalnya ia tadinya bersemangat. Ia terbayang akan keakraban ‘ouji-sama’-nya, Aomine, dengan gadis berambut merah muda panjang, Satsuki.

“Hora[9], Aomine-kun! Jangan ke atap sekolah lagi. Nanti kamu absen di pelajaran selanjutnya,” kesal Satsuki mencegah Aomine yang akan keluar dari kelas.

“Aku bosan di kelas, lagian...hoam... aku ngantuk.”

“Hora, Aomine-kun!!”

“Haa...h, hubungan Momoi-san dengan Aomine-san apa ya?” tanya Asuna pada dirinya sendiri namun terdengar oleh teman-temannya dan itu membuat mereka yang tersedak.

“Kenapa? Memangnya kamu benar-benar tertarik dengan Aomine?” tanya salah seorang dari mereka. Asuna mengangguk.

“Jadi kamu benaran suka sama Aho-mine?” kaget siswi yang mengajaknya ke kantin tak percaya.

“Dia itu cowok yang melakukan suatu hal sesukanya, tak ingin dikekang dan... tentu saja bodoh! Ia sering bolos dari pelajaran di kelas. Masa’ kamu seorang gadis yang sangat tampak sopan suka sama Aho-mine, sih?”

Asuna masih murung. “Dia itu... entah kenapa dia seperti pangeran dari pulau tropis impian yang sangar dan kekar. Gayanya yang cool membuat hatiku meleleh...” papar Asuna polos.

“Gaya yang cool membuat hatinya meleleh?” Semua temannya tercengang dengan perkataan Asuna hingga membuat mereka menjadi patung sementara. “Apa anak ini masih normal? Atau tipenya yang tidak normal?!!” teriak batin mereka.

Ma, maa... biar saja,” kata salah seorang mereka dengan tawa kecil, “Asuna-san memang menarik sejak awal, tentu saja yang ia cari yang menarik baginya,” katanya sedikit menyindir.

“A...apaan sih?” kata Asuna malu.

Nyan~

“Oh, iya, ngomong-ngomong nama kucingmu apa sih? Kawaii~” tanya seorang teman disamping Asuna. Ia mengelus-elus kucing itu yang masih dalam tas yang terbuka.

“Daiki!”

JLEB!

Semua kembali menjadi patung. “ITU NAMA COWOK YANG KAMU SUKA!!!”

 

 

Lapangan basket Seirin...

Semua anggota tim basket Seirin berlatih dengan giat. Ada yang bermain basket sendirian, dribble and shoot, ada yang melakukan pemanasan seperti push up, sit up maupun berlari.

Priiitt....

Bunyi peluit sang pelatih, Aida Riko, terdengar hingga menggema ke sudut ruangan. Semuanya berhenti berlatih dan melihat ke arah Riko dan berkumpul menghampirinya dan kehadiran seorang gadis yang sangat asing bagi mereka, tak lain ialah Haruhi.

“Dia...” kata Kuroko pelan. Kagami melihat rekannya yang tampak kaget walau ekspresinya taklah menunjukkan seperti itu. “Dia orang yang dapat merasakan kehadiranku,” sambung Kuroko. Kagami memilih tak menjawab dan mengamati gadis yang berada di samping Riko, tampak biasa saja menurutnya.

Minna, kita punya manajer baru. Akh, kayak gini baru nyadar kalau aku sudah kelas tiga!” kata Riko geleng kepala.

“Manajer baru?! Kenapa aku baru tahu?” kaget Hyuuga, sang kapten. Semua pada berbisik.

“Kau tahu, kita sudah kelas tiga. Memang seharusnya memiliki manajer baru untuk mengurus tim basket ini. Memangnya saat kita lulus nanti, tim ini tak akan dilanjutkan?” kata Riko sedikit kesal. “Ayo, perkenalkan dirimu!” kata Riko pada Haruhi lunak.

Konnichiwa, minna-san. Watashi wa Fukushima Haruhi desu![10] Kelas 1-C. Karena aku anak baru, mohon bimbingannya,” Haruhi memperkenalkan dirinya dengan riang dan juga sopan dengan membungkukkan badannya sebagai tanda perkenalan.

Yang lain menjawab sapaan Haruhi dengan senang, “Yoroshiku onegaishimasu![11]

“Nah, ada yang mau ditanyakan ke manajer baru kita?” tanya Riko. Semuanya diam. Hyuuga mengangkat tangannya.

“Kenapa kamu mau jadi manajer tim basket ini?”

Pertanyaan baik ini menjadi salah paham bagi Riko, ia berpikir Hyuuga curiga kalau Haruhi adalah korban paksaannya.

“Kalau gak ada manajer baru, tim kita bakal bubar, baka[12]!” Riko memukul kepala Hyuuga. Walau ia kapten tapi ia sangat takut dengan Riko. Ia hanya diam dan mengeluh, “Itte![13]” Dan yang lain hanya tertawa kecil melihat ‘keakraban’ antara pelatih dan kapten mereka.

Haruhi sangat senang dengan ia masuk ke klub ini sebagai manajer. Suasananya begitu menyenangkan dan sepertinya ia akan mudah akrab dengan mereka semua.

Suki dakara,[14]” jawab Haruhi. Semua terdiam, mereka pikir salah dengar atau hanya angin yang sedang bernyanyi (?)

Basuke no koto ga suki dakara,[15]” tambah Haruhi berlagak tegas dan seulas senyum di wajahnya. Semua tersenyum senang mendengar jawaban Haruhi walau hanya sebuah kalimat sederhana. Bahkan ada yang mengacungkan jempol.

“Apa Fukushima-san pernah bermain basket?” tanya Kuroko tiba-tiba.

Haruhi terdiam, jantungnya berdegup kencang. Tentu saja ia pernah dan amat sering. Ia pun tersenyum dan dengan tegar menjawab, “Hai’! Sono toki wa tanoshideshita![16]

Kuroko tersenyum puas mendengar jawaban Haruhi, begitu juga yang lain walau tak mengerti dibalik jawaban Haruhi itu apa. Sebenarnya Kuroko masih penasaran dengan Haruhi karena entah di mana ia pernah melihat gadis itu sebelumnya, namun ia berpikir suasana itu tak cocok untuk menanyakan apa pun pada manajer baru tersebut.

“Apa tak ada yang ingin bertanya lagi? Kalau begitu, kembali berlatih!” perintah Riko.

“Kamu harus cepat hapal semua nama anggota basket ini, ya!” saran Hyuuga pada Haruhi.

“Hmm! Sudah, kok!” jawab Haruhi riang.

Semua anggota yang mendengarnya bingung. “‘Sudah kok’, maksudnya?”

Haruhi menjelaskannya dengan menunjuk setiap anggota beserta nama, nomor punggung dan posisi mereka selama pertandingan. Dan hal itu memang membuat semua terkejut karena Haruhi langsung dengan mudah menghapal informasi yang ia dapat di luar kepalanya. Saat menunjuk Kagami, ia sedikit kesal,

“Kamu stalker, ya?!” herannya.

“Oh, iya, Kagami-senpai, dapat salam dari Mika-ne, lho!”

“Mika...ne?” Kagami mengingat-ingat nama teman perempuannya yang bernama Mika.

“Ah, massaka[17], kamu adiknya Fukushima Mika?” terka Kuroko.

Haruhi mengangguk. Sedangkan Kagami langsung shok. Kenapa? Mereka pernah sekelas dan selalu bertengkar dan Kuroko selalu menjadi penengah mereka walau keadaan Kuroko selalu tak disadari oleh Mika yang menurutnya selalu tiba-tiba entah dari mana lalu telah ada di tengah pertengkarannya dengan Kagami.

“Akh, perasaanku mulai tak enak,” kata Kagami pura-pura sakit memegang kepalanya.

Haruhi tertawa kecil, ia berhasil mengerjai Kagami yang selalu diceritakan oleh kakaknya di rumah. Yah, walau bukan cerita menyenangkan atau pun cerita romansa yang dibayangkan.

Mereka semua kembali berlatih, sedangkan Riko dan Haruhi kembali berbicara tentang kemampuan setiap anggota dan cara untuk meningkatkan kemampuan mereka. Riko merasa beruntung mendapatkan Haruhi, terutama menjadi manajer, dengan begitu ia hanya fokus melatih dan semua jadwal kegiatan, baik latihan maupun pertandingan, akan diberikan pada Haruhi. Dan lagi Haruhi memiliki wawasan yang luas tentang basket.

“Aku tak menyangka kalau rambutnya dipotong pendek,” pikir Kuroko. Ittai![18]” tiba-tiba saja kepala Kuroko kena bola yang dilemparkan ke arahnya.

“Kuroko, jangan melamun!” kata Izuki dari jauh.

Sumimasen[19],” sesal Kuroko.

“Kau masih kepikiran siapa gadis itu?” tanya Kagami menghampiri.

“Ya. Dan kini aku baru ingat dia itu siapa,” jawab Kuroko.

 

 

Sudah dua minggu Haruhi menjadi manajer di klub basket Seirin. Dan selama itu ia telah membuat data tiap masing-masing anggota dan berdiskusi dengan Riko untuk latihan selanjutnya. Dan Haruhi pun sudah akrab dengan semua anggota tim karena sifatnya yang ceria, tapi terkadang menjadi Aida Riko kedua jika marah �"walau sebenarnya hanya untuk menutupi rasa malunya.

“Haruhi, kudengar kamu jadi manajer di klub basket, ya?” tanya Nami, teman sekelas Haruhi yang paling akrab. Haruhi menjawabnya dengan anggukan.

“Wah, pasti berat, ya, jadi manajer?” terkanya.

“Yah, begitulah. Ini pertama kalinya bagiku. Tapi menyenangkan, lho!”

Tak lama bel pun berbunyi dan guru segera masuk ke kelas. Tak hanya guru, seorang murid baru juga masuk ke kelas 1-C. Seorang laki-laki yang tak terlalu tinggi dari Haruhi, gaya rambut pirang yang sedikit berantakan namun dari senyum yang ia berikan pada seisi kelas tampak ramah.

Boku wa Kazegawa Tora![20]



[1] Mohon bimbingannya, guru.

[2] Dengar gak sih?

[3] pangeran

[4] permisi

[5] maaf

[6] Adik kelas

[7] imut

[8] bekal

[9] Hei

[10] Selamat siang, semuanya, nama saya Fukushima Haruhi!

[11] Mohon bimbingannya!

[12] bodoh

[13] Sakit!

[14] Karena aku suka

[15] Karena aku suka dengan basket

[16] Iya! Saat-saat itu sangat menyenangkan!

[17] Mungkinkah

[18] Aduh!

[19] Maaf

[20] Namaku Kazegawa Tora!



© 2014 Aga ALana


Author's Note

Aga ALana
tunggu kelanjutannya~

My Review

Would you like to review this Chapter?
Login | Register




Share This
Email
Facebook
Twitter
Request Read Request
Add to Library My Library
Subscribe Subscribe


Stats

499 Views
Added on September 26, 2014
Last Updated on September 26, 2014
Tags: fanfiction, sport, teen, comedy


Author

Aga ALana
Aga ALana

Padang, Padang, Indonesia



About
Hi, everyone who loves reading and writing! anything~ ^^ I'm Aga ALana, i'm not pro in writing and not newbie at all, i'm still learning how to be good writer and give good stories to everyone~! I w.. more..

Writing
02 – Class A 02 – Class A

A Chapter by Aga ALana