Negai ga Kanau NaraA Story by Aga ALanaseandainya perasaan itu tersampaikan padamu...Seandainya harapanku menjadi nyata, seandainya perasaanku tersampaikan, aku ingin bertemu denganmu…
Saat SMP dulu, aku pernah mengikuti lomba science berkelompok mewakili sekolahku. Hal itu sangat menyenangkan bagiku, karena untukku anak yang pendiam dapat berkomunikasi dengan teman sekolahku "saat itu satu tim denganku. Saat lomba berlangsung, kami berusaha semaksimal kemampuan kami dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada. Namun di babak semifinal, kelompok kami kalah. Perasaan kecewa pada diri sendiri menyelimuti kami dan membuat kami tidak bersemangat. Namun, guru pembimbing kami menyemangati kami dan, ya, yang namanya perlombaan ada yang kalah dan ada yang menang. Dan kekalahan yang kami dapat adalah teguran bagi kami agar lebih giat lagi dalam belajar. Rencananya kami akan pulang setelah lomba tersebut berakhir, makanya kami menyaksikan lomba final antar dua SMP terkenal yang ada di Tokyo itu. Mereka saling bersaing ketat, poin untuk kedua tim saling berkejaran. Aku sangat kagum melihat kehebatan antar dua tim tersebut. Aku melihat salah satu peserta dari tim sekolah timur, sepertinya ia ketua tim tersebut. Ia terlihat santai dan tenang saat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Dan ia juga tak terlihat terlalu gembira saat jawabannya benar, hanya tersenyum simpul. Padahal, teman satu timnya bersorak riang. Perlombaan pun selesai! Dan pemenangnya adalah tim sekolah dari timur. Mereka menang beberapa poin dari tim saingan mereka. Persaingan yang sangat ketat dan. . . sugoi!![1] Tim sekolah timur sangat hebat, bahkan teman-temanku mengakuinya, guru pembimbing kami pun begitu. Semua peserta memberi mereka ucapan selamat, termasuk teman-temanku. Namun entah mengapa, aku tak berani mendekati mereka terutama. . . anak laki-laki itu. “Itu tandanya kamu suka sama dia!” Aku kaget, setengah tak mengerti. Aku menceritakan semua pengalaman saat lombaku pada ane[2]. Saat kuceritakan tentang laki-laki itu, ne-chan menganggapku menyukainya. Aku hanya mengangkat bahu, “Entahlah.” Apa karena perkataan kakakku, mempengaruhi pikiranku. Semakin lama, aku semakin penasaran dengan laki-laki itu, semakin terbayang wajahnya dalam pikiranku bahkan hingga terbawa mimpi. Apa benar, hal itu bisa dibilang perasaan suka? Jika iya, aku ingin bertemu dengannya sekali lagi untuk memastikan perasaan ini... *** “Ayah, ibu, Miku berangkat dulu, ya!” Aku berpamitan pergi sekolah pada ayah dan ibu yang sedang sarapan bersama, dengan roti tawar yang telah diolesi selai coklat yang kini telah berada di mulutku. “Itterashai,[3] Miku-chan,” balas ibuku dengan senyuman hangatnya. “Jangan tersandung di jalan, Miku! Kalau tidak ingin selai coklat melumuti wajahmu,” timpal ayah dengan candaannya. Aku hanya tertawa kecil. Memang, dulu saat SD aku sering melakukan kebiasaan berjalan bahkan lari menuju sekolah dengan roti tawar yang telah diolesi selai coklat. Karena tidak hati-hati, aku tersandung dan jatuh dengan roti selai sebagai bantalan wajahku sehingga aku harus balik lagi ke rumah karena malu dengan wajahku yang seperti roti berselai coklat. Namun hal itu tak akan lagi terulang. Aku tak akan lagi ceroboh seperti anak kecil, karena aku telah menjadi siswa SMA, aku harus bersikap lebih dewasa. Kecuali, roti selai coklat ini, sangat enak dimakan saat berjalan ke sekolah. Tehe. . .! Sudah hampir seminggu aku menjadi anak SMA di sekolah negeri yang ada di Bunkyou, Tokyo. Aku suka sekolah ini, dan lagi teman-teman sekelasku juga baik padaku sehingga aku dapat beradaptasi dengan mudah. Di sini juga banyak kegiatan klub, tapi hanya satu yang ingin aku masuki dan menjadi keinginanku setelah mengenal sekolah ini, klub scientific. Entah kenapa aku memilih itu, mungkin karena aku suka yang berbau science. Setelah sekolah nanti, akan ada pertemuan di klub-ku antara anak baru dengan senpai[4] yang ada di klub ini, sekedar saling mengenal satu sama lain. Dalam ruangan klub, aku duduk di samping Misa teman satu kelasku yang juga ikut klub ini. Tak lama, beberapa senpai berbaris di depan sebagai pembicara dan mengenalkan kami dengan beberapa senpai yang ada di sana, dari ketua klub sampai yang menjadi anggota. Kami sebagai murid baru pun juga memperkenalkan diri satu per satu. Saat perkenalan aku sangat gugup, tapi aku memberanikan diri agar tidak terlalu kaku saat memperkenalkan diri. Setelah aku, seorang laki-laki memperkenalkan diri pada kami semua "ia anak baru juga, membuatku mengalihkan perhatian padanya. “Boku wa Nishimura Yuji[5], kelas 1-1.” Dia. . . dia. . aku kenal dengannya. Dia adalah laki-laki dari tim sekolah timur! Maksudku, saat SMP dulu. Rasanya ia agak berubah, berubah lebih tampan~, aduh! Aku mikir apa, sih?! “Kakoi[6], nee,” bisik Misa padaku. Aku hanya diam mendengarnya, walau agak sedikit cemberut. Walau begitu, aku juga sependapat dengan Misa dan lagi. . . aku tak menyangka satu sekolah dengannya, bahkan SATU KLUB! Betapa tak bisa membayangkan bahagianya aku saat ini! Namun. . . Sudah lebih tiga bulan aku sekolah dan mengikuti kegiatan klub yang sama dengannya, tapi tetap saja tak pernah sekali pun aku dekat dengan Nishimura Yuji. Mendekat saja susah, apalagi bicara dengannya. Kesal!! Mau bagaimana lagi, tak ada yang bisa disalahkan, yang salah itu adalah aku yang amat pemalu untuk memulai. “Miku-chan!” Seseorang menyapaku dan menepuk pundakku dari belakang. “O..ohayou gozaimasu[7], Riku-senpai,” balasku. Ternyata yang menyapaku adalah salah seorang senior dari klub-ku. Namanya Nakajima Riku, kelas 2-1. Orangnya cantik dan juga baik, juga calon ketua klub terkuat yang nanti akan menggantikan ketua klub yang sekarang karena nantinya ia akan lulus SMA. Dari sebanyak senpai di klub-ku, yang sangat akrab denganku adalah Riku-senpai. Kami pun sama-sama pergi ke ruang klub. Saat tiba di sana, tak ada seorang pun. Sepi. Kami masuk dan duduk di kursi yang mengarah ke jendela. Tak berapa lama, seseorang masuk ke ruangan. “Ah, Nishimura-kun! Ohayou,” sapa Riku-senpai. “Ah, ohayou gozaimasu, senpai,” balasnya. “Hanya berdua?” tanyanya kemudian. “Ya, seperti yang kamu lihat,” balas Riku-senpai tersenyum. Riku-senpai mempersilahkan Yuji masuk dan bergabung dengan kami. Itu membuatku salah tingkah. Gugup. Yuji mendekat ke kursi yang ada di dekat Riku-senpai, berhadapan denganku. “Wah, sepertinya tak enak juga kalau ngumpul tanpa cemilan. Aku coba cari cemilan dulu ke luar, ya.” Riku-senpai beranjak pergi keluar. Ah, tidak! Riku-senpai pergi meninggalkan kami berdua, keadaan ini akan membuatku tambah salah tingkah! “E..to, senpai, boleh aku ikut?” tanyaku. “Tak usah! Kamu temani saja Nishimura-kun di sini. Apa kamu tega meninggalkan temanmu sendirian?” Riku-senpai pun pergi keluar. Yang tega itu Riku-senpai! Kenapa tak mengerti, kalau aku tak tahu harus berkata apa di saat kondisi seperti ini! Percuma saja aku menjerit dalam hati, tak akan ada yang mendengarkannya. Pintu klub pun ditutup. Kami berdua ditinggal sendirian. Tanpa suara. Tanpa saling memandang. “Namae wa?[8]” Eh? Apa tadi dia mengatakan sesuatu? Aku mencoba melihatnya, ia berbalik arah memandangku. Hal itu membuatku gugup. Ia mengulang lagi kata itu. Aku bingung. “Kimi no namae, dare?[9]” “Na..Nakajima..Miku,” jawabku gugup. “Heh? Massaka, kimi wa Nakajima Riku-san no imouto ka?[10]” ia kaget mendengar namaku. “Bu..bukan. Nama marga kami saja yang sama. Kami sama sekali tak ada hubungan darah,” jawabku gugup. “Sou ka[11].” Tampaknya ia tak puas dengan jawabanku. Kami pun kembali terdiam. Tanpa suara. Hal ini berakhir saat beberapa senpai datang dan meramaikan ruangan ini. Awalnya kami dijadikan bahan candaan karena terpegok berduaan di ruangan ini. Aku benar-benar salah tingkah tak tahu harus bicara apa saat senpai itu menertawaiku dengan Yuji. Sampai akhirnya Riku-senpai tiba, aku mengumpat di belakang Riku-senpai layaknya seorang adik pada kakaknya. *** Saat pulang sekolah. . . Aku masih ingat dengan kejadian tadi pagi. Itu sangat memalukan. Aku memikirkan hal-hal buruk yang akan di pikirkan oleh Nishimura Yuji padaku. Ia pasti merasa kesal padaku. “Yo, Nakajima!” EH??!! Baru saja aku memikirkan seseorang, orang itu sudah ada di depanku. Tentu saja aku kaget setengah mati. Kurasa ia marah padaku dengan kejadian tadi pagi, karena aku sama sekali tak mengatakan apa pun saat itu, hanya diam dan bersembunyi di belakang Riku-senpai. “Ko..konnichiwa[12], Nishimura-san,” sapaku gugup. “Kamu pulang lewat sini?” “Ha..hai’[13],” jawabku masih gugup. Spontan, kami berjalan berdua sampai tiba di halte. Di tengah jalan, kami melihat Riku-chan di depan kami, sedang berduaan dengan seorang laki-laki yang memakai seragam yang berbeda dengan kami. Mereka tampak seperti sepasangan kekasih. Walau kami sama-sama tak mengatakan sepatah kata, sepertinya kita sepakat untuk memergoki senpai kami dan mencari tahu siapa laki-laki itu. Belum sempat kami mengejutkan Riku-senpai, tak di sangka Riku-senpai melihat kami yang ada di belakangnya. “Wah, tak disangka ternyata gosip kalian pacaran itu benar, ya? Pulang bersama, romantis sekali~” Kami sama-sama membeku. Tak tahu harus bicara apa. Yang tak disangka itu adalah Anda, Riku-senpai! Yang romantis itu Anda! Saya ingin memergoki Anda, kenapa jadi kami?! “Siapa mereka?” tanya laki-laki yang bersama Riku-senpai. “Ah, mereka kouhai[14] aku di klub. Nishimura Yuji-kun dan... Nakajima Miku,” Riku-senpai memperkenalkan kami pada laki-laki itu. “Konnichiwa,” balas kami bersamaan. “Nakajima?” bingung laki-laki itu. Ia menunjuk ke arahku, lalu beralih kepada Riku-senpai. “Iya. Nama depan kita sama. Aku sendiri juga kaget saat pertama kali. Mungkin karena nama depan kami yang sama, rasanya aku mempunyai seorang adik!” Mendengar kata Riku-senpai aku merasa tersanjung. Kami berdua sama-sama tersenyum. Aku pernah dengar, kalau Riku-senpai anak tunggal, jadi ia tak punya saudara. Karena itu, setiap yang mengenal Riku-senpai tahu kalau ada juniornya yang bernama depan sama dengannya akan kaget dan bingung. “Kalau begitu, kami pergi dulu, ya. Mata ashita![15]” Riku-senpai pamit pergi bersama dengan laki-laki itu, meninggalkan kami berdua. Mereka naik motor bersama. Kami tertegun, kami melupakan suatu hal. Siapa laki-laki bersama Riku-senpai? Agak menyesal, tapi biarlah. Suatu hari nanti juga akan tahu, itulah dalam benakku. Kami kembali jalan berdua. Setelah melihat Riku-senpai berjalan mesra dengan seorang laki-laki, entah kenapa aku bertambah gugup di depan Yuji. Akhirnya kami sampai di halte. Setelah bertemu dengan Riku-senpai sampai tiba di halte kami hanya diam. Aku tak tahu harus berkata apa. “Aku... ingin sekali pergi-pulang ke sekolah naik motor, tapi belum diizinkan sama ayahku. Katanya, aku harus dapat nilai tertinggi di sekolah, sekurang-kurangnya di kelas. Jika aku berhasil, aku akan dapat SIM dan boleh mengendarai motor.” Tiba-tiba saja Yuji berkata suatu hal yang tak membuatku mengerti. Mengapa ia mengatakan hal itu padaku? “Nishimura-san,” tanpa sengaja aku menyebut namanya. “Yuji saja, tak usah formal.” “E..to, Nishi.. Yuji-san, apa kamu bosan naik bus pergi pulang?” tanyaku. Ia menggeleng, “Tidak juga. Hanya merasa agak keren kalau naik motor itu. Apalagi kalau ngebonceng seorang gadis di belakang,” katanya polos. “Seperti kekasihnya Nakajima-senpai tadi. Tidakkah kau rasa itu terlihat keren?” Aku tertawa mendengarnya, “Keinginan yang aneh?” kataku. Tak kusangka ia akan berkata hal itu dengan mudahnya. Aku pikir dia orang yang serius dan suka menjaga image, tapi ternyata tidak. Ia hanya diam dengan pipinya yang memerah. Aku tahu dia malu, aku berhenti untuk tertawa. “Ma..maaf.” “Tak akan kumaafkan!” kesalnya. “Eh? Ta..tadi itu aku kelepasan. E..eto, go..gomenasai[16],” sesalku. Yuji menghela napas panjang, “Baiklah, tapi dengan satu syarat!” “Syarat?” kataku bingung. “Saat aku telah mendapat izin mengendarai motor, setiap pulang sekolah kamu harus aku bonceng. Dengan begitu, aku bisa memaafkanmu.” Aku terdiam, tak tahu harus berkata apa. “Ya, tidak enak bukan, naik motor sendirian, harus ada teman untuk diajak pulang. Ya. . . tapi, umurku baru enam belas, belum bisa dapat SIM, jadi.. setidaknya... kita pulang bareng saja juga tidak apa-apa.” Ada angin apa, ada petir atau badai apa yang membuat Yuji terlihat aneh bagiku hari ini. Hanya karena ditertawai senpai di klub, ia langsung berkata hal aneh padaku. Padahal aku. . . . Walau, sebenarnya aku sangat senang mendengarkan hal itu. “Seandainya kamu tahu, dua tahun yang lalu saat lomba sceince tingkat SMP aku bertemu dengan seorang gadis dari SMP lain, ia adalah saingan dari sekolahku. Awalnya ia terlihat biasa-biasa saja dan tak bicara sepatah kata pun saat bersama teman satu timnya. Namun, ia terlihat sangat serius saat lomba dimulai dan ternyata, gadis itu dapat berkomunikasi dengan baik pada rekannya. Dan kupikir, ia akan menjadi sainganku di final. Namun sayang sekali, ia hanya sampai di semifinal.” Kaget. Tak kusangka, Yuji masih ingat dengan lomba science itu dan juga... ia memperhatikanku? Apa aku salah dengar? Tak lama, bus sampai di halte di mana kami berdiri. Yuji menarik tanganku masuk ke dalam. Ia memegang tanganku, menuntunku masuk dan mencari tempat duduk untuk kami berdua. Kami duduk bersama. “E..eto, ta..tanganku,” kataku gugup. Ia tak merespon sama sekali. Ia hanya memandang keluar dari balik jendela kaca bus. Saat kucoba melepaskan tanganku, pegangan itu semakin kuat. Maksudnya apa, Yuji? Jangan membuatku salah sangka!!
Seandainya harapanku menjadi nyata, seandainya perasaanku tersampaikan, aku ingin bertemu denganmu… Aku tak butuh siapapun kecuali dirimu, seandainya saja harapanku ini menjadi nyata... Jika waktu dapat berputar, jika segalanya kembali seperti sediakala, maka saat itu aku ingin bertemu denganmu sekali lagi... (Negai ga Kanau Nara, Matsushita Yuya) [1] Sugoi! = keren! [2] Ane = kakak perempuan [3] Itterashai = hati-hati di jalan [4] Sebutan senior [5] Nama saya Nishimura Yuji [6] Keren, ya [7] Selamat pagi [8] Nama? [9] Nama kamu siapa? [10] Jangan-jangan, kamu adiknya Riku-san? [11] Oh, begitu. [12] Selamat siang [13] i..iya [14] Sebutan adik kelas [15] Sampai ketemu besok [16] maaf © 2014 Aga ALanaAuthor's Note
|
AuthorAga ALanaPadang, Padang, IndonesiaAboutHi, everyone who loves reading and writing! anything~ ^^ I'm Aga ALana, i'm not pro in writing and not newbie at all, i'm still learning how to be good writer and give good stories to everyone~! I w.. more..Writing
|